Menteri Pendidikan Muhadjir melemparkan ihwal untuk menyelenggarakan sekolah sepanjang hari atau Fullday School di seluruh Indonesia. Menteri Muhadjir beralasan Fullday School untuk menghindari dampak negatif pergaulan anak-anak. Dengan berada di sekolah sepanjang hari (Fullday School), diperlukan aktivitas anak terpantau oleh sekolah. Selain itu, berdasarkan Menteri Muhadjir beralasan, Fullday School cocok untuk anak yg kedua orang tuanya sibuk bekerja sepanjang hari.
Banyak pihak yg menyatakan ketidak-setujuan dengan ihwal Full Day School dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir. Antara lain alasannya yaitu ketidaksiapan infrastruktur dan tenaga pendidik. Pihak yg tidak baiklah penerapan Full Day School di seluruh penjuru Indonesia alasannya yaitu tidak sesuai dengan keadaan sosial masyarakat Indonesia.
Masa Anak-anak yaitu masa bermain, bukan sekolah sepanjang hari |
Berikut yaitu hal yg hilang dan tidak bisa ditemukan lagi jikalau Full Day School jadi diterapkan di seluruh Indonesia.
TPQ dan TPA Tidak Bakal Ada Lagi
TPQ atau TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) yaitu pendidikan untuk anak yg mengajarkan Caranya membaca dan menulis Al-Quran. Taman pendidikan Alquran ini biasanya dilangsungkan pada sore hari setelah pulang sekolah. Teman mengaji ini biasanya dilaksanakan sekitar waktu salat asar. Jika kebijakan sekolah sepanjang hari alias full day school dari Mendikbud Muhadjir jadi diterapkan, anak tidak bisa lagi mengikuti aktivitas TPQ dan TPA yg ada di rumah masing-masing. Jika tidak ada santri (muridnya) maka otomatis bakal tutup.
TPQ dan TPA dengan banyak sekali macam metode pembelajaran cepat mencar ilmu mengaji sudah menyebar merata di seluruh Indonesia. Antara lain metode Dirosati, TMaknali, Yanbua, Qiraati, dan lain sebagainya. Masing-masing metode mempunyai ketentuan dan Caranya menguji santri (muridnya) untuk lulus. Selian itu masing-masing kelompok metode mengaji cepat tersebut juga mempunyai lembaga (semacam perlombaan antar-TPQ) yg menggunakan metode sama. Misalnya pameran santri dan lomba-lomba. Kegiatan-kegiatan itu juga bakal hilang jikalau full day school diterapkan di seluruh Indonesia. Tidak ada lagi kompetisi di bidang kebaikan.
Penjual Makanan Keliling Tidak ada Lagi
Penjual makanan keliling biasanya melayani keperluan kudapan bagi anak-anak. Dengan konsumen bawah umur otomatis waktu berjualan untuk berkeliling yaitu sepulang sekolah. Jika masih ada di sekolah mustahil penjual makanan keliling berkeliling ke sekolah. Biasanya para penjual di sekolah sudah ditentukan oleh pihak sekolah yg bisa masuk ke dalam lingkungan sekolah. Tidak semua penjual makanan dan mainan keliling bisa masuk ke lingkungan sekolah.
Jika ini terjadi, bisa menjadi beban ekonomi negara. Penjual makanan keliling juga merupakan Keliru satu bentuk pekerjaan yg banyak digeluti oleh orang Indonesia. Jika mereka tidak bisa lagi berjualan atau berjualannya tidak maksimal alasannya yaitu tidak ada yg membeli alasannya yaitu bawah umur masih sekolah di full day school, maka beliau bakal merugi bahkan menjadi pengangguran. Pengangguran yg meningkat tentu membahayakan kesejahteraan rakyat. Rakyat yg tidak sejahtera menjadi beban bagi negara bahkan bisa membahayakan kedaulatan negara.
Kelereng dan Layang-layang dan Permainan Tradisional Lain
Permainan tradisional yg masih bertahan hingga kini dan masih sering dimainkan yaitu kelereng dan layang-layang. Kedua permainan ini dimainkan oleh bawah umur hampir di seluruh Indonesia. Anak-anak yg memainkan permainan ini tidak hanya di desa-desa bahkan hingga ke kota besar.
Permainan kelereng biasanya dimainkan Saat siang hari sepulang sekolah. Begitu juga dengan layang-layang. Khususnya layang-layang, hanya efektif dimainkan pada sore hari alasannya yaitu memanfaatkan angin yg berhembus. Nah, angin berhembus kencang dan konsisten Saat sore hari. Tentu kedua permainan ini tidak bisa dimainkan malam hari Saat pulang sekolah full day school yg diwacanakan oleh Menteri Pendidikan Muhadjir.
Permainan tradisional lainnya juga bisa jadi hilang untuk selama-lamanya dari masyarakat Indonesia alasannya yaitu tidak lagi dimainkan oleh bawah umur yg menghabiskan sepanjang hari di sekolah full day. Sebut saja permainan tradisional egrang (enggrang), permainan yg membutuhkan ketangkasan berjalan menggunakan kayu atau bambu yg tinggi di kedua kaki ini tidak bisa dimainkan Saat hari ahad saja. Pada hari ahad biasanya waktu dihabiskan bersama keluarga.
Selama ini, masih banyak waktu luang bawah umur Indonesia untuk bisa bermain tetapi permainan tradisional sudah mulai langka dimainkan. Bayangkan jikalau tidak ada waktu bermain sama sekali alasannya yaitu Musti sekolah full day dan pulang setelah malam datang menjelang magrib, niscaya mempercepat kepunahan permainan-permainan tradisional Indonesia.
ACaranya Anak-anak di Televisi Tidak bakal Tayang
Beberapa stasiun televisi, baik televisi swasta dan TVRI, mempunyai tayangan mata program yg khusus anak-anak. Segmen penonton bawah umur ini biasanya ditayangkan sepulang sekolah. Jika pulang sekolah hingga sore hari, tentu tayangan bawah umur mustahil lagi punya segmen penonton. Tentu televisi tidak bakal menyiarkan sebuah mata program yg tidak punya penonton.
Padahal program bawah umur yg tayang di televisi juga berisi muatan positif. Misalnya program di televisi milik pemerintah TVRI, menampilkan kemampuan-kemampuan bawah umur Indonesia baik dalam bidang tarik bunyi maupun dalam hal lain. Ada juga program Si Bolang yg tayang di stasiun televisi swasta. ACaranya ini menggambarkan aktivitas bawah umur dari seluruh penjuru Indonesia.
Tayangan Si Bolang bahkan melahirkan istilah ‘Mbolang’ yaitu aktivitas ‘menjadi bocah petualang’ atau melaksanakan aktivitas petualangan. Tayangan ini selalu menggambarkan aktivitas yg dilakukan oleh bawah umur dengan tokoh utama berjulukan Bolang. Bolang berkegiatan setelah pulang sekolah. Dalam tayangan ini, Bolang berpetualang membantu orang bau tanah dan bermain di alam sekitarnya. Menyatu dengan alam. yg tinggal di sekitar maritim mereka bermain di maritim dan pantai. yg tinggal di bersahabat hutan mereka bermain dan mencar ilmu di hutan. Selain bermain juga mengajarkan untuk memanfaatkan alam sekitar dengan Caranya berakal dan tetap menjaga kelestariannya.
Hilangnya Istilah ‘Gumelar’
Gumelar yg berkembang di kalangan pendidik sama sekali tidak ada hubungannya dengan nama tokoh Agum Gumelar. Istilah ‘Gumelar’ yg berkembang dalam kalangan pendidik yaitu akroim (singakatan) dari ‘Guru nyambi Makelar’ atau ‘Guru sekaligus Makelar’. Istilah ini muncul mengingat ada aktivitas guru yg sekaligus berdagang.
Kegiatan guru yg menyambi makelar alasannya yaitu keperluan ekonomi. Sudah jamak diketahui bahwa honor seorang guru -apalagi yg belum PNS- sangat kecil. Sangat kurang untuk hidup layak. Maka muncullah istilah gumelar alasannya yaitu adanya guru yg mencari embel-embel rejeki. Jika jadi full day school yg diwacanakan oleh Mendikbud Muhadjir jadi diterapkan, tidak ada lagi guru yg bisa mencari embel-embel rejeki di luar sekolah.
Tambahan?
Mungkin pembaca yg budiman punya hal yg bisa hilang jikalau kebijakan sekolah sepanjang hari atau full day diterapkan?
0 Response to "5 Hal Ini Musnah Jika Sekolah Full Day Diterapkan Di Seluruh Indonesia"