Kisah Motivasi Cinta: Wanita paruh baya itu berperawakan pendek dan sedikit gemuk. Beberapa helai uban turut menghiasi mahkota kepalanya yg diikat dengan penjepit rambut. Namun raut wajah lingkaran telur itu seakan tak pernah sekalipun terlihat cemberut. Ia selalu tampak riang, sehingga menyembunyikan parasnya yg terang telah digurati keriput.
Wanita itu memang tidak terlalu rentan, tetapi kekuatan dan kegesitan di masa mudanya pasti telah direnggut usia. Karenanya, percayakah bahkan dari dirinya pun bakal ada sebuah pelajaran perihal makna cinta?
Sabtu ialah hari yg ditunggu. Hari di mana nafas dapat dihela dengan panjang, dan sejenak mengistirahatkan raga dari rentetan kesibukan yg melelahkan. Saatnya pula untuk menikmati kebersamaan dengan seisi anggota keluarga. Sehingga, berbelanja di sebuah supermarket akrab rumah pun menjadi hiburan yg tak kalah meluahkan kebahagiaan.
Namun tampaknya tidak bagi perempuan itu. Bagaikan tak mengenal hari libur, nyaris setiap waktu sosoknya selalu kutemui di sekitar kokusai kouryuu kaikan serta kampus.
Layaknya hari kerja, dikemasnya sampah-sampah yg awut-awutan serta dipisahkan antara yg terbakar dan tidak. Lantas ditaruhnya pada plastik yg berbeda warna. Sebentar kemudian diambilnya kain untuk mengelap dingklik dan meja. Tak lupa, dengan vacuum cleaner dibersihkannya juga permukaan lantai. Setelah tanggapan ia segera beranjak ke toilet, kemudian dengan mengenakan sarung tangan plastik dibersihkannya bekas kotoran insan tersebut tanpa raut muka jijik.
Ia menyerupai tak peduli rasa lelah atau letih, walaupun terlihat pakaian seragam cleaning service biru mudanya telah lembap bersimbah keringat. Tak juga kepenatan menyurutkan keramahannya untuk bertegur sapa dengan siapa saja dikala bertemu muka.
Wanita itu entah siapa namanya. Hanya dengan panggilan obachan ia biasa disapa. Saat bersua denganku, juga selalu disempatkannya bertanya kabar. Bahkan ia pernah bercerita panjang lebar perihal belum dewasa serta cucunya sebab sering melihatku berjalan-jalan dengan keluarga. Beberapa kali pula dikala usai kerja kulihat ia sedang berbelanja, masih Komplit dengan seragam biru mudanya. Lantas ditaruh barang-barang tersebut dikeranjang, dan perlahan dikayuhnya pedal sepeda bau tanah untuk beranjak pulang.
Entahlah, rasanya tak ada perasaan iri dihatinya dikala di hari libur ia ternyata harus bekerja, sementara saya justru berleha-leha. Ia bahkan tetap saja semangat bekerja dengan penuh suka cita. Begitu pula dengan obachan dan ojichan lain yg pernah kutemui, mereka selalu asyik menikmati pekerjaannya. Mencabut rumput liar di pekarangan kampus Saat ekspresi dominan panas, menyapu jalanan dari daun yg awut-awutan pada ekspresi dominan gugur, bahkan dengan bersusah payah turut menyerok tumpukan bongkahan salju di ekspresi dominan dingin.
Terlihat betapa bergairahnya mereka Saat memang waktunya harus bekerja. Gairah dalam bentuk kesungguhan dalam menekuni apapun jenis pekerjaan, yg mungkin tak dipandang orang walau dengan sebelah mata. Karenanya, tak terdengar ngalor-ngidul dialog sampai jam istirahat datang untuk sejenak melepaskan lapar dan dahaga. Berselang satu jam kemudian, mereka bakal kembali sibuk menekuni pekerjaannya. Senantiasa egitu, dari waktu ke waktu.
Rutinitas mereka mungkin tidaklah istimewa. Bekerja demi memperoleh sedikit nafkah atau sekedar menghabiskan waktu luang, tentu lebih baik dari bermalas-malasan di rumah. Terlebih-lebih itu ialah pekerjaan kasar, bukan kerja kantoran yg menyenangkan dengan penyejuk atau pemanas ruangan.
Lalu mengapa mereka selalu saja bekerja seolah tak pupus oleh lelah? Bahkan bekerja bagaikan sebuah energi yg tak kunjung padam, mengalir dalam pembuluh darah serta menggerakkan jiwa dan raganya.
Sekejap akupun tepekur, kemudian mahsyuk merenung…
Dan kulihat ada gairah membara yg berpendar dari balik kerut-merut kelopak mata bau tanah itu. Seolah sinar matanya menyiratkan pesan Agar bekerjalah dengan cinta. Karena Jika engkau tiada sanggup, maka tinggalkanlah. Kemudian ambil daerah di depan gapura candi untuk meminta sedekah dari mereka yg bekerja dengan suka cita. (Kahlil Gibran).
Catatan:
- Kokusai kouryuu kaikan: International House
- Obachan: perempuan berumur, setengah tua
- Ojichan: laki-laki berumur, setengah tua
0 Response to "Cerita Motivasi: Bekerjalah Dangan Cinta"