BAB I
PROSES MEMBACA DAN MENULIS
Membaca dan menulis ketika ini dipandang sebagai suatu proses transaktif, dimana pembaca dan penulis menyusun sebuah makna yang diperoleh melalui pengalaman membaca dan menulis (Harste, Woodward, dan Burke, 1984; Rosenblatt, 1978). Menurut teori socio-psycholinguistic, makna diciptakan melalui sebuah proses perundingan seorang pembaca terhadap teks yang dibaca, maupun seorang penulis terhadap teks yang mereka tulis.
Sebuah proses membaca terdiri atas aneka macam tahapan ketika pembaca menginterpretasi bacaan yang dibaca dan merespon teks atau kalimat yang dibaca. Proses menulis ialah proses yang melibatkan aneka macam aktivitas, ibarat ketika siswa mengumpulkan dan mengorganisir ide/gagasan, menciptakan draft materi, merevisi dan mengedit draft, dan pada kesannya mempublikasikan goresan pena mereka.
Aktivitas membaca dan menulis dianggap sebagai suatu sisi lain dari sebuah koin, keduanya sangat berlawanan. Pembaca menterjemahkan dan mengurai bahasa dari sebuah tulisan, sedangkan penulis menciptakan bahasa tertulis. Kemudian para peneliti mulai mencari kesamaan pada keduanya. Sekarang keduanya dipandang memiliki beberapa kesamaan yaitu sebuah proses pararel pemaknaan menggunakan seni administrasi yang sama dalam menciptakan makna dalam tulisan.
A. PROSES MEMBACA
Membaca merupakan suatu proses transaktif ketika pembaca menegosiasikan makna atau menginterpretasikan. Weaver (1988) menyatakan bahwa selama membaca makna tidak begitu saja tiba dengan sendirinya dari teks/bacaan ke pembaca, tetapi dalam proses membaca terjadi perundingan yang kompleks antara teks dan pembaca yang ditentukan oleh konteks situasi dan konteks sosiolinguistik yang luas. Konteks situasi mencakup pengetahuan pembaca wacana topik bacaan, tujuan membaca (untuk apa), dan faktor-faktor lain yang terkait dengan situasi pembaca. Konteks sosiolinguistik yang luas mencakup bahasa masyarakat daerah pembaca tinggal, seberapa miripkah dengan bahasa yang dipakai dalam teks/bacaan yang dibaca, budaya dari pembaca menurut cita-cita ketika membaca, serta harapan pembaca terhadap kegiatan membaca berdasarkan atas pengalaman-pengalaman yang pernah diperoleh.
1. Konsep Eferen dan Estetik dalam membaca
Setiap pembaca memiliki tujuan yang berbeda dengan pembaca lainnya. Oleh sebab itu cara pendekatan dalam proses membaca bervariasi sesuai dengan tujuan mereka. Ada dua konsep dalam membaca, yaitu konsep eferen dan estetik.
a. Konsep membaca estetik
Membaca untuk mencari hiburan atau kesenangan. Di sini, pembaca terlibat dalam pengalaman membaca, itu sendiri. Mereka berkonsentrasi dan merespon pada pikiran, gambar, perasaan selama membaca teks atau buku dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi. Contohnya ketika membaca buku “Diane Siebert’s Sierra (1991), mereka merespon wacana bahasa yang dipakai dalam buku tersebut.
b. Konsep membaca eferen
Membaca untuk mengambil informasi tertentu. Di sini, pembaca tidak tertarik pada irama bahasa atau gaya prosa namun fokus untuk memperoleh informasi tertentu dan berkonsentrasi pada publik, pola umum dari kata-kata dan simbol dalam teks. Contohnya, yaitu anak/siswa membaca buku “ Patricia Lauber’s Seiing Earth From Space” (1990), yang didalamnya terdapat foto bumi yang menakjubkan yang diambil dari luar angkasa. Dalam kegiatam membaca itu siswa/anak focus kepada informasi dan ilustrasi yang ada di dalam buku.
2. Tahap-tahap Proses Membaca
Proses membaca mencakup tahap-tahap sebagai berikut (1) persiapan untuk membaca (preparing to read), (2) membaca (reading), (3) merespon (responding) (4) mengeksplorasi teks (exploring the text), dan (5) memperluas penafsiran (extanding the interpretation)
a. Tahap 1: Persiapan untuk membaca
Proses membaca tidak dimulai dengan membuka buku dan eksklusif membaca, bakal tetapi melalui sebuah persiapan. Langkah-langkah yang dilakukan ialah (1) menentukan teks/buku (choose books), (2) menghubungkan teks dengan pengalaman pribadi dan pengalaman membaca yang pernah diperoleh sebelumnya (make connections), (3) menciptakan perencanaan membaca (plan for reading).
1) Memilih teks/buku (choose books)
Pembaca mengawali proses membaca dengan pertama kali menentukan buku atau teks yang ingin dibacanya. Ohlhausen dan Jepsen (1992) mengembangkan tiga kategori buku (Too Easy, Too Hard, Just Right) yang dikenal dengan istilah “Goldilocks Strategy”. Kategori Too Easy ialah buku yang sudah pernah dibaca sebelumnya atau buku yang sudah lancar dibaca. Kategori Too Hard ialah buku yang sulit, jarang dikenal, dan sering kali membingungkan pembacanya. Kategori Just Right ialah buku dengan sedikit kalimat yang tidak dimengerti, buku yang menyenangkan ketika dibaca, dan sesuai dengan keinginan pembaca.
2) Menghubungkan teks dengan pengalaman pribadi dan pengalaman membaca yang pernah diperoleh sebelumnya (make connections)
Pembaca menggunakan pengetahuan awal mereka, denah wacana buku atau teks yang bakal dibaca, kemudian mereka menghubungkannya dengan pengalaman pribadi, pengalaman membaca sebelumnya dan mengaitkannya juga dengan tema yang bakal dipelajari.
3) Membuat perencanaan membaca (planing for reading)
Pembaca menciptakan prediksi sebelum memulai membaca wacana focus cerita, abjad atau insiden dalam sebuah cerita, prediksi wacana informasi yang ada di buku apakah sama dengan informasi yang kita cari. Dalam menciptakan perencanaan ini pembaca mungkin melihat index dalam buku untuk mengetahui halaman yang sesuai dengan informasi yang ingin kita cari, dan pembaca mungkin juga menterjemahkan teks yang mungkin dirasa sulit dimengerti dengan bertanya kepada guru atau dengan menggunakan sumbangan kamus.
b. Tahap 2 : Membaca (reading)
Pada tahap ini siswa membaca buku atau bentuk teks lainnya. Pada tahap ini siswa membaca keseluruhan teks atau bacaan. Sehingga siswa bisa mengkonfirmasi prediksi-prediksi yang telah dibuat sebelum membaca buku. Pada tahap ini siswa memaknai atas apa yang dibacanya dengan menggunakan beberapa seni administrasi ibarat visualisasi, elaborasi, dan monitoring. Ada lima jenis atau model membaca, yaitu (1) membaca nyaring (reading aloud), (2) membaca bersama (shared reading), (3) membaca berpasangan (buddy reading), (4) membaca terbimbing (guided reading), dan (5) membaca bebas (independent reading)
1) Membaca nyaring (reading aloud)
Guru membacakan teks atau buku dengan nyaring dan siswa mendengarkannya. Jenis membaca ini dilakukan kalau hanya ada satu buku atau teks sebagai sumber belajar.
2) Membaca bersama (shared reading)
Siswa bersama-sama menirukan atas apa yang dibaca guru, atau siswa bersama-sama membaca buku di kelas tanpa ada guru yang membacanya. Membaca bersama ini sanggup dilakukan apabila ada beberapa salinan buku di dalam kelas, atau goresan pena yang ada di papan tulis.
3) Membaca berpasangan (buddy reading)
Dua siswa membaca buku secara bersamaan. Kadang-kadang mereka bergantian membaca secara nyaring, kadang kala juga membaca dengan lirih. Tipe membaca ini sangat berkhasiat untuk mereka yang mungkin belum lancar membaca sehingga bisa mengerti isi bacaan
4) Membaca terbimbing (guided reading)
Siswa membaca buku dengan sumbangan panduan atau bimbingan dari guru. Membaca terbimbing ini sangat berkhasiat disaat siswa kesulitan dengan bacaan dan disaat siswa ingin menafsirkan bacaan tersebut
5) Membaca bebas (independent reading)
Siswa bebas membaca buku atau teks apapun. Kadang antara siswa yang satu dengan lainnya sama-sama membaca buku yang sama , tetapi kadang kala juga berbeda. Siswa bebas menentukan buku apa yang ingin dibaca sesuai dengan tujuannya masing-masing, apakah membaca estetik atau membaca eferen.
c. Tahap 3 : Merespon (responding)
Pada tahap ini pembaca merespon atas apa yang mereka baca dan selanjutnya mencoba memahami makna/isi yang terkandung di dalam bacaan tersebut. Ada dua hal yang harus dilakukan dalam tahap merespon ini, yaitu (1) menulis di dalam catatan membaca (writing in reading logs), (2) berpartisipasi dalam sebuah percakapan kelompok/besar (participating in grand conversation)
1) Menulis atau merespon di dalam catatan membaca (writing in reading logs)
Siswa menulis dan menggambarkan ke dalam sebuah catatan (reading logs) wacana apa yang dipikirkan dan dirasakan sehabis membaca.
2) Berpartisipasi dalam sebuah percakapan kelompok/besar (participating in grand conversation)
Setelah membaca siswa saling mengembangkan dan berdiskusi dengan teman-temannya dalam sebuah kelompok wacana apa yang sudah dibacanya, apa yang dirasakan, dan apa yang dipikirkan
d. Tahap 4 : Mengeksplorasi teks (exploring the text)
Setelah merespon atas apa yang telah dibaca, siswa kembali memperhatikan teks untuk menggali isinya secara lebih mendalam / analitis. Untuk itu siswa melaksanakan beberapa langkah-langkah yaitu:
1) Membaca ulang buku/bacaan (rereading the text)
Membaca kembali bacaan atau teks untuk lebih memahami apa yang dibacanya serta mengaitkan dengan pengalaman hidup pembaca
2) Menguji keahlian khusus penulis (examining the author's craft)
Fokus kepada abjad yang dipakai penulis dalam sebuah cerita, puisi
3) Mempelajari kosakata gres (learning new vocabulary words)
Mempelajaridan memahami kosakata-kosakata gres yang terdapat dalam bacaan yang mungkin gres untuk pembaca
4) Berpartisipasi dalam diskusi (participating in minilessons).
Siswa dan guru berdiskusi wacana starategi, konsep, mekanisme dan kemampuan yang terkait selama membaca
e. Tahap 5 : Memperluas penafsiran dan mengaplikasikanya (extending the interpretation).
Pada tahap yang terakhir ini, yaitu memperluas penafsiran atau interpretasi, sanggup dilakukan kegiatan-kegiatan:
1) Memperdalam interpretasi dan pemahaman (deepen their interpretation)
2) Merefleksikan pemahaman (reflect on their understanding)
3) Menilai pengalaman membaca (value the reading experience)
Ketiga kegiatan itu sanggup dilakukan dengan melibatkan keterampilan berbahasa yang lain, ibarat berbicara dan menulis. Kegiatan ibarat bermain peran/drama atau melaksanakan tugas/proyek khusus juga sanggup dilakukan.
3. Mengajar Proses Membaca
Guru menerapkan lima tahap proses membaca dalam pembelajaran membaca, mereka menggunakan beberapa metode pengajaran/penyampaian biar siswanya bisa memahami dan menerapkan apa yang guru ajarkan. Metode tersebut yaitu, (a) Diskusi atau pembelajaran singkat (minilesson), (b), Unit focus literature/sastra (literarure focus unit), (c) siklus tema (theme cycle) dan (d) workshop membaca (reading workshop)
a. Pembelajaran singkat (minilesson)
Pelajaran singkat yang berfokus pada siswa, sebab siswa membutuhkan pemahaman wacana proses membaca baik yang bertujuan mencari informasi atau estetik (efferent and esthetic) dan bagaimana siswa bisa memperdalam penafsiran dan mengaplikasikannya. Siswa diajarkan wacana prosedur, konsep, kemampuan dan seni administrasi yang dibutuhkan dalam proses membaca, serta bisa mengapikasikan apa yang telah dipelajari melalui kegiatan fokus literatur, workshop membaca dan siklus tema.
b. Unit focus literature/sastra (literarure focus unit)
Sebuah unit Fokus sastra ialah pendekatan multi-genre yang mengajarkan seni bahasa, dengan berfokus pada tema tertentu, keterampilan, atau pedagogi. Melalui metode ini siswa berguru melalui lima tahap proses membaca. Mereka membaca bersama buku dan bab, kemudian mereka saling menanggapi apa yang mereka baca dan berpartisipasi dalam kegiatan eksplorasi. Siswa juga menciptakan proyek-proyek untuk memperluas interpretasi mereka atas buku yang dibaca.
c. Siklus tema (theme cycle)
Metode ini menggunakan pendekatan tema dalam pembelajarannya. Buku yang dibaca disesuaikan dengan tema yang telah ditentukan sebelumnya. Contohnya tema pelajaran yaitu serangga, pada awal pelajaran siswa disuruh membaca buku “It’s a Good Thing There Are Insects (Fowler, 1990). Siswa melalui semua tahapan proses membaca dalam kegiatan ini. Masih dalam tema serangga, guru juga bisa membagi kelas menjadi dua kelompok, satu kelompok membaca buku “ The Grouchy Ladybug” dan kelompok yang lain membaca buku “Ladybug”. Setelah mereka selesai membaca, mereka saling bertukar buku dan membacanya lagi. Setelah itu diadakan sebuah diskusi bersama wacana apa yang sudah mereka baca, mereka kemudian membandingkannya dengan kelompok lain. Siswa juga menciptakan proyek untuk memperdalam wacana pemahaman mengenai suatu hal tertentu yang menjadi fokus bacaan.
d. Workshop membaca (reading workshop)
Seperti yang telah dibahas pada serpihan sebelumnya bahwa reading workshop terdiri atas tiga komponen, yaitu membaca dan merespon, saling berbagi, dan minilesson. Dengan metode ini siswa melalui semua tahap dalam proses membaca dalam mengikuti sebuah workshop membaca. Hal tersebut sanggup dilihat pada saat, siswa menentukan buku dan mencoba menciptakan hubngan dengan buku (tahap 1), membaca buku secara sanggup bangun diatas kaki sendiri (tahap 2), sehabis membaca buku siswa menulis dalam sebuah catatan (tahap 3), kemusian siswa menciptakan proyek menurut bacaan (tahap 5). Makara dengan metode ini siswa bisa memahami dan mengerti wacana proses membaca.
4. Beradaptasi Untuk Memenuhi Kebutuhan Setiap Siswa Dalam Proses Membaca
Aktivitas yang berlangsung dalam setiap tahap proses membaca sanggup dapat diubahsuaikan untuk membantu setiap siswa menjadi pembaca yang lebih sukses.Bagi siswa yang memiliki keterbatasan kemampuan dan bagi mereka yang berguru bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, banyak waktu yang sanggup dipakai untuk mempersiapakan mereka untuk membaca. Oleh sebab itu guru sanggup membacakan teks/bacaan dikelas dengan nyaring atau bisa menggunakan membaca bersama bagi mereka yang kurang lancar membaca. Dalam tahap merespon, siswa sanggup menggambarkan atau menuliskan apa yang beliau “tangkap” selama membaca pada sebuah catatan. Siswa sanggup membaca kembali buku dengan temannya selama tahap eksplorasi berlangsung. Pada tahap ke lima siswa bisa menciptakan proyek yang sesuai dengan isi bacaan.
B. PROSES MENULIS
Yang harus diperhatikan dalam proses menulis adalah pada apa yang siswa fikirkan dan melaksanakan apa yang beliau tulis. Pada dasarnya proses menulis meliputi lima tahap, yakni (1) pramenulis, (2) menulis draf, (3) merevisi, (4) menyunting, dan (5) mempublikasikannya.
1. Tahap-tahap menulis
a. Pra menulis (prewriting)
Pramenulis ialah tahap persiapan untuk menulis. Tahap ini sering kali diabaikan, padahal bersama-sama tahap ini menjadi dasar dan sangat penting. Menurut Murray (1982) 70 % waktu menulis dihabiskan dalam tahap ini. Adapun hal-hal yang dilakukan siswa dalam tahap ini adalah: (1) menentukan topik (choose a topic), (2) mempertimbangkan tujuan, bentuk, dan pembaca (consider fuction, form, and audience), dan (3) mencari, memperoleh dan menyusun ide-ide atau topic yang ingin ditulis (generate and organize ideas for writing).
1) Memilih topik (choose a topic)
Memilih topik untuk ditulis bisa menjadi watu sandungan bagi mereka yang telah terbiasa disediakan topik oleh gurunya. Tetapi siswa harus diajarkan untuk menentukan topik tulisannya sendiri. Apabila terdapat siswa yang kesulitan dalam menentukan topik, guru sanggup membantunya dengan mengadakan brainstorming atau sumbang saran dengan memberikannya beberapa pilihan topik kemudian meminta siswa yang kesulitan menentukan topik tersebut untuk menentukan salah satu yang paling menarik dan paling dikuasai. Dalam kegiatan pramenulis ini siswa saling berdiskusi, menggambar, membaca, dan bahkan menulis untuk mengembangkan seputar informasi terkait dengan topic yang beliau pilih.
2) Mempertimbangkan tujuan, bentuk, dan pembaca (consider fuction, form, and audience)
2.1. Mempertimbangkan tujuan
Selama siswa mempersiapkan diri untuk menulis, mereka juga harus berfikir wacana fungsi atau tujuan atas apa yang mereka tulis. Apakah hanya untuk hiburan, informasi, atau kah fungsi yang lain. Pemahaman wacana fungsi dari menulis sangat penting sebab fungsi/tujuan goresan pena sanggup mempengaruhi keputusan siswa dalam menentukan bentuk dan pembacanya.
2.2. Mempertimbangkan pembaca
Siswa juga perlu merencanakan apakah mereka menulis untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain ibarat sobat sekelas, adik, orang tua, nenek, kakek, atau yang lain.
2.3. Mempertimbangkan bentuk tulisan
Siswa juga harus mempertimbangkan wacana bentuk goresan pena yang bakal dibuat. Apakah berbentuk cerita, surat, puisi, atau jurnal penelitian. Penting kiranya dalam acara menulis untuk menentukan satu bentuk goresan pena saja.
Keputusan wacana bentuk, tujuan, dan pembaca saling mempengaruhi, missal kalau tujuannya ialah untuk hiburan, bentuk yang tepat mungkin sebuah cerita, puisi
3) Mencari, memperoleh dan menyusun ide-ide atau topik yang ingin ditulis (generate and organize ideas for writing)
Para siswa melaksanakan aneka macam kegiatan untuk memperoleh dan menyusun ide-ide untuk menulis. Graves (1983) menyebut penulis mempersiapkan diri untuk menulis sebagai kegiatan persiapan (rehearsal activities), seperti (1) menggambar (drawing), (2) pengelompokan (clustering) , (3) berdiskusi (talking), (4) membaca (reading), (5) bermain kiprah (role playing), dan (6) menulis cepat (quickwriting).
a) Menggambar (drawing)
Kegiatan ini sangat cocok untuk anak kecil atau anak sekolah dasar dimana anak menggambar untuk mengumpulkan dan mengatur inspirasi untuk menulis.
b) Pengelompokan (clustering)
Siswa menciptakan pengelompokan, ibarat diagram jaring-jaring, dimana siswa menulis topik utama di tengah dan memecahnya menjadi beberapa inspirasi pokok. Setelah itu mereka menulis informasi detil pada setiap inspirasi pokok.
c) Berdiskusi (talking)
Siswa saling berdiskusi dengan temannya untuk saling mengembangkan inspirasi yang mngkin sanggup dijadikan topik tulisan.
d) Membaca (reading)
Melalui membaca siswa bisa memperoleh informasi wacana apa yang bakal beliau tulis
e) Bermain kiprah (role playing)
Anak-anak menemukan dan membentuk inspirasi yang bakal dipakai untuk menulis melalui bermain peran
f) Menulis cepat (quickwriting)
Siswa sanggup menuliskan ide-ide yang didapat melalui literature focus unit atau siklus tema menjadi materi yang siap untuk menjadi materi tulisan.
b. Penyusunan Draf (drafting)
Pada tahap penyusunan draf siswa menulis dan memperbaiki komposisi ide-ide melalui serangkaian draft. Siswa menuliskan ide-idenya ke dalam sebuah kertas. Karena penulis tidak memulai menulis dengan komposisi yang siap ibarat yang disusun dalam pikiran mereka, siswa memulai menulis draf ini dengan ide-ide yang bersifat tentative yang dikembangkan melalui acara pra menulis. Pada tahap menciptakan atau menyusun draf ini, lebih difokuskan pada bagaimana mengeluarkan ide-ide dengan sedikit perhatiannya pada aspek ejaan, penggunaan istilah, atau kesalahan penulisan lainnya. Selama proses penyusunan draft ini siswa dimungkinkan untuk memodifikasi keputusan awal mereka wacana bentuk, tujuan dan pembacanya. Aktivitas dalam tahap ini meliputi: 1) menulis draft kasar, 2) menulis konsep utama, dan 3) menekankan pada pengembangan isi.
c. Merevisi (revising)
Pada tahap ini siswa memperbaiki ide-ide dalam komposisi mereka. revisi tidak sekedar memoles tulisan, tetapi lebih kepada memenuhi kebutuhan pembaca dengan menambahkan, mengganti, menghapus dan menata ulang materi tulisan. Kegiatan-kegiatan pada tahap ini adalah: (1) membaca ulang draf bernafsu (rereading the rough draft), (2) mengembangkan wacana draf bernafsu dengan sobat dalam kelompok (sharing the rough draft in a writing group), dan (3) merevisi menurut umpan balik (revising on the basis of feedback)
1) Membaca ulang draf bernafsu (rereading the rough draft)
Setelah menuntaskan draf kasar, siswa memerlukan waktu sehari atau dua hari menjauhkan diri dari draf mereka. Setelah itu, barulah siswa membaca kembali draf bernafsu mereka dengan pikiran atau pandangan yang segar. Disaat siswa membaca, mereka menciptakan beberapa perubahan dengan menambah, , mengganti, menghilangkan atau memindahkan bagian-bagian dalam draf dan mereka menempatkan tanda tanya pada serpihan yang membutuhkan perbaikan. Dan dalam perbaikan inilah siswa sanggup meminta sumbangan kepada kelompok menulis (wriring groups)
2) Berbagi wacana draf bernafsu dengan sobat dalam kelompok (sharing the rough draft in a writing group)
Para siswa saling bertemu dalam kelompok-kelompok menulis untuk saling mengembangkan wacana materi tulisannya Dengan kelompok menulis ini diperlukan ada timbal balik yang sanggup menghasilkan goresan pena yang sesuai dengan kebutuhan pembaca. Kelompok-kelompok menulis ini mengatakan ruang di mana guru dan siswa sanggup membahas wacana planning dan stategi dalam menlis dan merevisi goresan pena (Applebee dn Langer, 1983: Calkins, 1983). Manfaat atau manfaat dari kelompok menulis ini yaitu :
a) untuk memperlihatkan pilihan penulis
b) untuk mengatakan tanggapan, perasaan, dan pikiran
c) untuk memperlihatkan aneka macam kemungkinan dalam merevisi
d) mempercepat proses revisi
Kelompok ini sanggup dibuat secara impulsif apabila sejumlah siswa sudah melengkapi susnan draf dan siap mengembangkan komposisi tulisan. Adapun kegiatan-kegiatan dalam kelompok menulis ini adalah:
a. Penulis membaca tulisannya (the writer reads)
Penulis membacakan hasil tulisannya di depan anggota kelompok. Teman satu kelompok mendengarkan baik-baik dan bersiap mengatakan kebanggaan dan saran-saran sehabis penulis selesai membacakan tulisannya. Fokus utama pada kegiatan ini ialah mendengarkan dengan seksama apa yang dibacakan penulis
b. Para pendengar (siswa lain) memberi pujian
Pendengar mengatakan kebanggaan atau komentar positif yang spesifik atas apa yang disampaikan penulis
c. Penulis menciptakan pertanyaan
Penulis menciptakan pertanyaan wacana apa yang telah dibacakan kepada anggota kelompoknya, pertanyaan itu bertujuan untuk perbaikan apabila ada goresan pena yang tidak tepat
d. Pendengar mengatakan saran
Setelah penulis menanyakan apakah ada kekurangan atau kesalahan dalam tulisannya, para pendnengar mengatakan saran positif untuk menimbulkan tulisannya lebih baik
e. Pengulangan proses
Setiap siswa mengulangi komposisi tulisan. Pada proses ini guru mengatakan masukan kepada siswa.
f. Penulis merencanakan sebuah revisi
Dalam kegiatan final ini, masing-masing siswa berkomitmen untuk merevisi goresan pena mereka menurut atas masukan dari sobat ataupun guru.
3) Merevisi menurut umpan balik (revising on the basis of feedback)
Siswa menciptakan empat perubahan dalam tahap ini, yaitu penambahan, penggantian, penghilangan, dan pergeseran (Faigley dan Witte, 1981) . Misalnya, dalam menulis sebuah cerita, berkaitan dengan pembuatan struktur dongeng yang telah disusun, siswa sanggup mengubah tabiat pelaku yang semula jahat menjadi baik. Atau siswa sanggup juga menyelipkan insiden lain dalam rangkaian dongeng yang telah disusunnya.
d. Penyuntingan (Editing)
Penyuntingan ialah menimbulkan goresan pena ke dalam bentuk akhirnya. Sampai pada tahap ini fokus utama ialah pada isi goresan pena yang dibuat. Sampai tahap ini, fokus utama proses menulis ialah pada isi goresan pena siswa dengan fokus berganti pada kesalahan mekanik. Siswa menyempurnakan goresan pena mereka dengan mengoreksi ejaan dan kesalahan mekanikal yang lain. Tujuannya menciptakan goresan pena menjadi “siap baca secara optimal” “optimally readable” (Smith, 1982). Cara paling efektif untuk mengajarkan ketermpilan mekanikal ialah pada ketika penyutingan. Ketika penyuntingan goresan pena disempurnakan melalui kegiatan membaca, siswa lebih tertarik pada pemakaian keterampilan mekanikal secara benar sebab mereka sanggup berkomunikasi secara efektif. Para peneliti menyarankan bahwa pendekatan fungsional dalam pengajaran mekanikal goresan pena lebih efektif dari pada latihan praktis.
Aktivitas dalam tahap ini meliputi: 1) mengambil jarak dari tulisan, 2) mengoreksi awal dengan menandai kesalahan, dan 3) mengoreksi kesalahan. Siswa mungkin melaksanakan penyuntingan untuk karangan sendiri atau membantu karangan milik temannya.
1) Mengambil jarak dari tulisan
Siswa bakal menjadi penyunting yang baik kalau mereka dijauhkan untuk sementera waktu dari karangan yang bakal disunting. Setelah beberapa hari, siswa dengan keadaan yang lebih segar bisa menyunting tulisannya dengan perspektif gres sehingga hasil tulisannya bakal dengan gampang dibaca
2) Mengoreksi dengan menandai kesalahan
Siswa mengoreksi komposisi tulisannya untuk mengetahui letak kesalahan. Dalam proses ini siswa membaca dengan lambat, kata per kata untuk mencari kesalahan. Apabila ditemukan kesalahan-kesalahn maka ditandai dengan tanda khusus. Selain itu juga sanggup menggunakan lembar checklist biar siswa lebih focus terhadap kesalahan yang ada di tulisan.
3) Mengoreksi kesalahan
Setelah diketahui letak kesalahan dalam goresan pena yang dibuat, maka penulis segera memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Proses perbaikan itu sendiri sanggup melibatkan orang lain untuk membantu, contohnya guru.
e. Pemublikasian (publishing)
Pada tahap final proses penulisan, siswa membawa komposisi tulisannya ke dalam kehidupan kasatmata dengan mempublikasikan goresan pena mereka ata dengan saling mengembangkan (sharing) dengan pembaca yang tepat. Ketika siswa membagi hasil tulisannya kepada sobat sekelas, siswa lain, orangtua, dan aneka macam komunitas, siswa itu bisa dianggap sebagai seorang penulis. Aktivitas pada tahap publikasi ini adalah:
1) Membuat buku (make books)
Salah satu cara yang paling popular untuk mempublikasikan karya tulis ialah dengan menciptakan buku. Buklet atau buku sederhana sanggup dibuat dengan melipat selembar kertas menjadi empat, ibarat kartu ucapan. Buklet juga sanggup dibuat dengan menyatukan kertas hasil goresan pena menjadi satu. Pada buklet tersebut juga sanggup ditambahkan informasi wacana penulis “all about the author” pada lembar terakhir.
2) Berbagi hasil goresan pena (sharing writing)
Pada tahap publikasi siswa mempublikasikan hasil penulisannya melalui kegiatan mengembangkan hasil goresan pena (sharing). Kegiatan mengembangkan hasil ini sanggup dilakukan diantaranya melalui kegiatan penugasan siswa untuk membacakan hasil tulisannya/karangannya di depan kelas, dengan menaruh buku di kelas, perpustakaan, mempublikasikan melalui artikel koran, film, puppet show dan banyak bentuk lainnya.
2. Metode pembelajaran proses menulis (teaching writing process)
Siswa berguru untuk menggunakan proses penulisan pada ketika mereka menulis komposisi di unit fokus sastra/bahas, siklus tema dan ketika mereka berpartisipasi dalam sebuah pelajaran singkat (minilesson). Belajar menggunakan proses menulis dengan benar lebih penting daripada pemberian kiprah atau proyek, sebab proses menulis ialah sebuah alat.
a. Model kolaborasi menulis (writing class collaboration)
Guru sebagai model dalam proses menulis dan mengatakan kesempatan bagi siswa untuk berlatih proses menulis dalam lingkungan atau suasana pembelajaran yang mendukung. Seperti ketika siswa dan guru menulis komposisi goresan pena bersama, mereka melalui lima tahap proses menulis selayaknya seorang penulis ketika mereka bekerja secara independen. Guru memperlihatkan seni administrasi yang dipakai penulis dan menjelaskan kesalahan-kesalahan konsep selama diskusi kelompok, dan siswa memperlihatkan ide-ide dalam menulis serta saran untuk mengatasi aneka macam dilema penulisan secara umum.
b. Model Minnileson dalam proses menulis (minilesson in the writing process)
Pelajaran singkat (sekitar 10 menit) yang berfokus pada siswa, mengajarkan wacana prosedur, konsep, kemampuan dan seni administrasi yang dibutuhkan dalam proses menulis. Guru menggunakan minilessons disesuaikan dengan kebutuhan kelompok kelas. Selama minilessons berlangsung guru menggunakan demonstrasi yang terang dan pengajaran eksplisit untuk membimbing bawah umur dalam memahami tujuan pelajaran. Setelah demonstrasi, bawah umur berlatih. Penekanan khusus ditempatkan pada mengapa tujuannya ialah penting dan bagaimana penerapannya menciptakan seseorang menjadi lebih baik dalam menulis, siswa bisa memahami terhadap proses menulis. Dengan model ini siswa bakal bisa memahami lima proses menulis, bagaimana menemukan dan mengumpulkan inspirasi untuk materi tulisan, bagaimana berpartisipasi dalam sebah kelompok menulis, dan bisa saling mengembangkan hasil goresan pena dengan teman.
c. Unit fokus literature/sastra (literarure focus unit)
Siswa menggunakan proses penulisan sama ibarat ketika mereka menciptakan proyek dalam proses membaca. Kadang-kadang siswa satu kelas bekerja bersama untuk menulis sebuah kerja sama kelas, kadang kala siswa bekerja dalam sebuah kelompok kecil dalam satu proyek yang sama, dan di waktu yang lain siswa bekerja dalam banyak jenis kiprah atau proyek yang harus dikerjakan.
d. Model siklus tema
Guru selalu merencanakan pembelajaran menulis dengan mengaitkannya kepada tema tertentu. Suatu waktu siswa sekelas mengerjakan bersama-sama satu kiprah yang sama, ibarat menciptakan buku ABC wacana lautan sebagai serpihan dari tema lautan., atau mereka menulis puisi wacana binatang untuk mengaitkan dengan pelajaran mematung di kelas seni. Akan tetapi kadang kala siswa juga memiliki kiprah individu, dan dalam kiprah ini siswa menggunakan proses menulis untuk mengembangkan tulisannya.
e. Workshop menulis (writing workshop)
Seperti yang telah dibahas pada serpihan sebelumnya bahwa workshop menulis terdiri atas tiga komponen, yaitu menulis, saling berbagi, dan minilesson. Dengan metode ini siswa melalui semua tahap dalam proses menulis dalam mengikuti sebuah workshop. Siswa melalui lima tahap proses menulis selama mengerjakan tulisannya. Dengan model ini pula siswa sanggup saling mengembangkan tulisan, bertukar pendapat dan mendapat masukan atau saran. Makara dengan metode ini siswa bisa memahami dan mengerti wacana proses menulis.
3. Adaptasi proses menulis untuk memenuhi kebutuhan setiap siswa dalam belajar
Seorang guru sanggup mengadaptasi kegiatan-kegiatan pada setiap proses menulis untuk mengatakan pengalaman menulis yang baik bagi semua siswa. Untuk siswa kelas bawah dan untuk siswa yang memiliki pengalaman menulis yang sedikit guru seringkali mengajarkan tahapan proses menulis hanya pada tiga tahap yaitu pra menulis, penyusunan draf, dan publikasi. Kemudian sehabis siswa menjadi lancar menulis dan sudah mengembangkan kesadaran pembaca, guru mulai menambahkan atau mengajarkan wacana merevisi dan mengedit tulisan.
Guru sanggup mengembangkan atau menggunakan lembar checklist untuk mencatat setiap kegiatan pada proses menulis yang dilakukan siswa. Hal ini sangat bermanfaat, terutama pada siswa yang memiliki perhatian yang pendek dan bagi siswa yang memiliki dilema dalam menuntaskan tugas. Dengan begitu siswa bakal tetap mengerjakan dan menuntaskan tugasnya dengan baik. Saran-saran yang lain dalam mengadaptasi proses menulis untuk memenuhi kebutuhan setiap siswa dalam berguru menulis yaitu :
Tahap | Hal-hal yang bisa dilakukan guru |
Pra Menulis | · Gunakan kegiatan menggambar sebagai kegiatan awal · Biarkan setiap siswa mengutarakan inspirasi gagasan · Buatlah pengelompokan menurut inspirasi yang disarankan siswa |
Penyusunan Draf | · Pastikan apakah siswa sudah membat draft bernafsu · menandai kertas siswa biar mereka menulis pada setiap baris · meyakinkan siswa bahwa ejaan dan keterampilan mekanis lainnya tidak penting dalam tahap ini |
Revisi | · guru berpartisipasi dalam kelompok menulis · fokus pada kebanggaan daripada saran untuk revisi ketika siswa mulai menulis kelompok · mengharapkan siswa untuk menciptakan hanya satu atau dua revisi pada awal kegiatan |
Editing | · ajarkan ke siswa bagaimana mengkoreksi tulisan · pastikan siswa sudah menandai goresan pena yang salah · guru dan siswa bersama mengoreksi kesalahan · pastikan siswa sudah dan memperbaiki kesalahan |
Publikasi | · tulis dengan tangan , hasil final goresan pena siswa · beri kesempatan kepada siswa untuk sanggup saling mengembangkan hasil tulisannya · jangan memperbaiki kesalahan yang masih ada pada hasil akhir |
4. Menanggapi hasil goresan pena siswa (responding to student writing)
Peran guru tidak hanya sebagai evaluator. Kaitanya dengan hasil tlisan siswanya, guru harus bisa menjadi seorang pembaca yang baik (good audience). Guru seharusnya membaca hasil goresan pena siswanya juga untuk mencari informasi, kesenangan, dan lain sebagainya ibarat tujuan pembaca pada umumnya. Banyak karya goresan pena siswa tidak perlu dinilaikan, tetapi hanya perlu untuk dibagi (share) dengan gurunya (Martin, D’Arcy, Newton, dan Parker, 1976).
Ketika siswa dalam menulis menggunakan proses menulis dengan benar, maka sedikit kesempatan untuk siswa menjiplak karya orang lain (plagiarisme). Ada beberapa alasan siswa melaksanakan plagiarisme, yaitu
a. menginternalisasikan sebagian goresan pena melalui pembacaan yang diulang-ulang, kesannya waktu terus berlalu mereka tidak menyadari kalau itu bukan karya mereka
b. adanya kompetisi antar penulis
c. tidak sengaja menjiplak
d. mereka tidak pernah di ajari bagaimana proses menulis yang benar itu, jadi mereka tidak tahu bagaimana mensintesa informasi yang diperoleh dari goresan pena orang lain. Ada dua cara menghindarkan siswa dari menjiplak (plagiarisme), yaitu
a. mengajarkan proses menulis yang benar
b. mengerjakan kiprah menulis di sekolah daripada di rumah
5. Menilai siswa dalam menggunakan proses penulisan
Untuk menilai perkembangan siswa dalam menulis tidak harus dengan melihat hasil kesannya (Tway, 1980). Salah satu cara terbaik ialah dengan melaksanakan observasi atau pengamatan selam proses menulis berlangsung. Proses observasi tersebut sanggup dibantu dengan adanya daftar checklist proses menulis.
C. HUBUNGAN ANTARA MEMBACA DAN MENULIS
Membaca dan menulis memiliki hubungan yang menarik. Membaca dan menulis keduanya ialah proses pemaknaan, pembaca dan penulis terlibat dalam proses yang hampir sama. Guru perlu mengadakan sebuah kegiatan literasi di kelas sehingga siswa mmapu menghubungkan antara membaca dan menulis.
1. Membandingkan proses membaca dan menulis
Proses membaca dan menulis memiliki kegiatan yang hampir setara pada setiap tahapannya (Butler dan Turbill, 1984). Tierney (1983) menjelaskan bahwa membaca dan menulis ialah sesuatu yang multidimensi dan terlibat bersamaan dalam transaksi antara penulis dan pembaca. Smith (1982) percaya bahwa membaca mempengaruhi kemampuan menulis, sebab disaat membaca mereka tidak sadar bahawa membaca sama dengan menulis “read like writers”.
Tahap | Yang dilakukan pembaca | Yang dilakukan penulis |
Tahap 1 | Persiapan membaca Pembaca menggunakan pengetahuannya tentang · Topic · Membaca · Literature · System bahasa Harapan pembaca dipengaruhi oleh · Pengalaman membaca sebelumnya · Format bacaan · Tujuan membaca · Pendengar Pembaca menciptakan prediksi | Pra menulis Penulis menggunakan pengetahuannya tentang · Topic tulisan · Tulisan itu sendiri · Literature · System bahasa yang digunakan Harapan penulis dipengaruhi oleh · Pengalaman menulis sebelumnya · Format tulisan · Tujuan menulis · Pembaca (audience) Penulis mengumpulkan dan menyusun ide |
Tahap 2 | Membaca Pembaca : · Menggunakan kata untuk seni administrasi identifikasi · Gunakan seni administrasi pemaknaan · Membaca · Memaknai bacaan | Penyusunan draf Penulis: · Gunakan seni administrasi transkripsi · Gunakan seni administrasi pemaknaan · Menulis draf · Menciptakan makna |
Tahap 3 | Merespon (responding) Pembaca: · Merespon bacaan · Mengintepretasi makna · Klarifikasi ketidakpahaman · Memperluas gagasan | Revisi (revising) Penulis: · Merespon teks · Menginterpretasi makna · Klarifikasi kesalahan · Memperluas gagasan/ide |
Tahap 4 | Mengeksplorasi/menggali teks Pembaca · Menguji dampak dari kalimat dan bahasa · Menggali lebih dalam bacaan · Membandingkan bacaan dengan bacaan lain | Edit (Editing) Penulis: · Mengidentifikasi dan mengoreksi kesalahan mekanis · Mereview paragraph dan struktur kalimat |
Tahap 5 | Memperluas penafsiran dan mengaplikasikan Pembaca : · Memperluas penafsiran · Berbagi hasil membaca · Merefleksikan proses membaca · Mengaitkan dengan kehidupan dan literature bacaan · Menghargai karya sastra · Merasa berhasil · Ingin membaca kembali | Publikasi (publishing) Penulis : · Menghasilkan karya tulis final · Berbagi karya tulis · Merefleksikan proses menulis · Menghargai karya tulisan · Merasa berhasil · Ingin menulis lagi |
2. Hubungan membaca dan menulis di dalam kelas (classroom connection)
Guru sanggup membantu siswa untuk menghargai persamaan antara membaca dan menulis dengan aneka macam cara. Berikut ini ialah bebrapa cara untuk mengetahui kekerabatan antara membaca dan menulis, yaitu :
a. Membantu penulis untuk melihat alternatif poin sehingga beliau bisa menjadi pembaca juga
b. Membantu pembaca untuk mempertimbangkan tujuan dan sudut pandang penulis
c. Simpulkan bahwa membaca prosesnya sama dengan menulis
d. Berdiskusi dengan siswa wacana proses menulis dan membaca
e. Berdiskusi dengan siswa wacana seni administrasi menulis dan membaca
Pembaca dan penulis menggunakan beberapa seni administrasi untuk membentuk makna. Sebagai seorang pembaca kita menggunakan aneka macam macam variasi pemecahan dilema untuk menentukan wacana apa yang ingin disampaikan penulis dan memakanai bacaan untuk pembaca. Sebagai seorang penulis, kita juga menggunakan seni administrasi pemecahan dilema untuk menentukan apa yang kira-kira pembaca inginkan ketika kita mengkonstruksi makana dalam goresan pena kita.
Langer (1985) ada empat seni administrasi yang dipakai pembaca maupun penulis untuk berinteraksi dengan teks. Adapun seni administrasi tersebut adalah
a. Mengeneralisir ide
b. Memformulasikan makna/isi
c. Menilai
d. Merevisi
Kemampuan membaca sangat berkontribusi terhadap perkembangan kemampuan menulis siswa, begitupun sebaliknya, menulis berkontribusi terhadap berkembangnya kemampuan membaca siswa. Shanahan (1988) menguraikan tujuh pembelajaran pokok untuk menghubungkan kemampuan membaca dengan menulis sehingga siswa bisa mengembangkan konsep wacana literatur .
a. Melibatkan siswa dalam pengalaman menulis dan membaca setiap hari
b. Perkenalakan proses membaca dan menulis di TK
c. Rencanakan pembelajaran yang yang mencerminkan sifat perkembangan kekerabatan menulis dan membaca
d. Membuat kekerabatan antara membaca dan menulis secara eksplisit kepada siswa
e. Tekankan pada kedua proses (menulis dan membaca) serta hasil dari membaca dan menulis
f. Tekankan manfaat kenapa siswa harus membaca dan menulis
g. Ajarkan membaca dan menulis melalui pengalaman literature yang bermakna dan bermanfaat.
BAB II
KESIMPULAN
Para siswa menggunakan lima tahap dalam proses membaca, baik itu yang bertjuan untuk mencari informasi (efferent) maupun estetik (aesthetic). Tahap –tahap tersebut yaitu persiapan membaca, membaca, merespon, mengeksplorasi teks/bacaan, memperluas atau memperdalam penafsiran dan pemaknaan. Guru hendaknya menggunakan pendekatan yang bervariasi untuk mengajarkan membaca kepada siswa. Pendekatan tersebut yaitu membacakan nyaring kepada semua siswa (reading aloud to student), membaca bersama-sama sobat sekelas (sharing reading), membaca berpasangan (buddy reading), membaca terbimbing (guided reading), dan membaca bebas (independent reading)
Proses membaca terdiri dari 5 tahapan, yaitu pra menulis (prewriting), penyusunan draf (drafting), merevisi (revising), mengedit (editing), publikasi (publishing). Para siswa mempelajari penggunaan membaca dan menulis melalui unit fokus literature (literqature focus units), siklus tema (theme cycle), dan workshop menulis dan membaca.
1. Kunci Proses Membaca
a. Tahap 1 : Persiapan Membaca
1) Memilih buku
2) Mengaitkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
3) Kaitkan dengan tema pembelajaran atau sesuatu yang menarik
4) Buatlah prediksi
5) Preview teks atau bacaan
6) Lihat ke dalam index untuk mengetahui halaman informasi yang dicari
b. Tahap 2 : Membaca
1) Gunakan siklus konfirmasi dan prediksi
2) Gunakan strategipengidentifikasian kata, dan pemaknaan
3) Baca dengan teliti dan mendalam
4) Baca atau lihat gambar, diagaram, tabel
5) Baca dari awal hingga akhir
6) Ulangi membaca untuk lebih mengetahui informasi
c. Tahap 3 : Merespon
1) Membuat catatan
2) Catat informasi yang ada di buku dalam buku catatan
3) Berpartisipasi dalam diskusi yang melibatkan banyak orang
d. Tahap 4 : Mengeksplorasi teks
1) Membaca kembali dan berfikirlah lebih mendalam wacana isi bacaan itu
2) Hubungkan dengan pengalaman pribadi
3) Hubungkan dengan pengalaman membaca
4) Ujilah hasil karya penulis (karakter, bahasa, dll)
5) Identifikasi kutipan yang mengesankan
6) Pelajari kosakata baru
7) Berpartisipasi dalam minilesson
e. Tahap 5 : Memperluas interpretasi/penafsiran
1) Mengkonstruksi/membuat tugas
2) Gunakan informasi dalam siklus tema
3) Kaitkan dengan buku yang terkait
4) Refleksikan dalam sebuah penafsiran
5) Hargai pengalaman membaca
2. Fitur Kunci Proses Menulis
a. Tahap 1 : Pra Menulis (prewriting)
1) Siswa menulis topic brdasarkan pengalaman
2) Siswa mengikuti kegiatan persiapan
3) Identifikasi goresan pena itu ditujukan untuk siapa
4) Identifikasi manfaat karya tulis yang bakal dibuat
5) Siswa menentukan bentuk tulisannya menurut pembaca dan manfaatnya
b. Tahap 2 : Penyusunan Draf (drafting)
1) Siswa menulis draf kasar
2) Siswa menekankan isi dari pada hukum penulisan
c. Tahap 3 : Merevisi (revising)
1) Siswa membaca kembali draf yang telah dibuat
2) Berbagi karya tulis dengan kelompok
3) Berpartisipasi dalam diskusi
4) Siswa menciptakan perubahan sehabis mendapat saran dan masukan
5) Siswa membuat perubahan substantive
d. Tahap 4 : Mengedit (editing)
1) Siswa mengoreksi komposisi tulisannya
2) Siswa saling membantu mengoreksi komposisi goresan pena sobat sekelas
3) Siswa memperbaiki tulisannya secara lebih mendalam termasuk tata tulisnya
4) Siswa berkonsultasi dengan guru sebelum menuntaskan tulisannya
e. Tahap 5 : Mempublikasikan (publishing)
1) Siswa mempublikasikan karyanya dalam bentuk yang tepat
2) Siswa merbagi tulisannya di depan pembaca yang tepat
Lampiran
Gb 1. Proofreader’s Mark
Gb. 2 Writing Check list
Gb.3 Contoh Publikasi
Fitur Kunci Proses Membaca
0 Response to "Proses Membaca Dan Menulis"