STUDI PENDAHULUAN
A. Permasalahan Penelitian
Penelitian yang sistematis diawali dengan suatu problem atau masalah. John Dewey menyebutkan bahwa langkah pertama dalam metode ilmiah ialah legalisasi bakal adanya kesulitan, hambatan, atau masalah yang membingungkan peneliti.
Pemilihan dan perumusan masalah ialah salah satu aspek yang paling penting dalam pelaksanaan penelitian di bidang apa saja. Para peneliti pemula sering terkejut melihat bahwa tahap permulaan ini sering kali memakan sebagian besar waktu yang mereka sediakan untuk proyek penelitian. Suatu penelitian tidak sanggup dilakukan sebelum suatu masalah diidentifikasi, dipikirkan secara tuntas, dan dirumuskan dengan baik. (Donald Ary,dkk., 1982: 73)
Masalah ialah pentimpangan antara yang diharapkan dengan kejadian atau kenyataan dan sanggup diselesaikan. Masalah timbul lantaran adanya tantangan, kesangsian atau kebingungan terhadap suatu hal atau fenomena. Adanya ambiguity, halangan atau rintangan, adanya celah baik antar acara atau antar fenomena, baik yang telah ada ataupun yang bakal ada.
Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu variabel atau kekerabatan antara variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel sanggup didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan yang lain. Masalah penelitian bisa juga didefinisikan sebagai objek dalam penelitian. Masalah penelitian ialah masalah yang bakal menjadi obyek penelitian, dimana dalam penelitian masalah bakal dikaji, dipecahkan atau diselesaikan, kemudian dibentuk kesimpulannya sesuai dengan konteks permasalahan oleh peneliti dalam penelitian. (Ibnu Adib, 2012)
Seorang peneliti mula-mula harus menentukan pokok problem penyelidikan yang bersifat umum. Pilihan ibarat itu selalu bersifat sangat pribadi, tetapi hendaknya mengarah pada suatu bidang yang sangat menarik atau yang benar-benar diketahui. Kalau tidak, mungkin bakal sulit mengarahkan motivasi untuk melaksanakan penelitian itu hingga selesai. Pengetahuan, pengalaman, dan lingkungan peneliti sendiri biasanya yang menentukan pilihan itu. Seorang guru sekolah dasar mungkin mencicipi perlunya meneliti beberapa aspek pengajaran membaca, atau seorang guru Sekolah Menengah Pertama mungkin tertarik untuk mengetahui keefektifan program-program multi media dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Setelah dipilih, pokok problem yang masih bersifat umum itu kemudian dipersempit hingga menjadi problem yang sangat khusus. Peneliti harus menentukan pertanyaan yang harus dijawab. Ia juga harus menyatakan dengan sempurna apa yang bakal dilakukan untuk memperoleh tanggapan atas pertanyaan itu. (Donald Ary,dkk., 1982: 73-74)
B. Sumber Masalah Penelitian
Beberapa sumber penelitian mungkin sanggup membantu para peneliti memperoleh permasalahan yang layak untuk dijadikan materi untuk diteliti. Beberapa sumber permasalahan tersebut diantaranya pengalaman, deduksi dan teori serta literatur yang ada kaitannya. (Donald Ary,dkk., 1982: 75-80)
1. Pengalaman
Salah satu diantara sumber paling berkhasiat bagi para peneliti pemula ialah pengalaman mereka sendiri sebagai praktisi kependidikan. Banyak keputusan yang harus diambil setiap hari wacana kemungkinan dampak praktek-praktek kependidikan terhadap tingkah laris murid. Apabila ingin semoga keputusan-keputusan ini mantap, para pendidik harus melaksanakan penelitian yang kritis wacana validitas perkiraan mereka mengenai kekerabatan antara pengalaman berguru dan perubahan siswa.
Ada keputusan wacana metode-metode pengajaran yang harus diambil. Metode pengajaran memang memerlukan penelitian ilmiah. Pendekatan ilmiah terhadap praktek kependidkan memutuskan bahwa keputusan wacana bagaimana melaksanakan sesuatu dibidang pendidikan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti empiris, bukan pada firasat, kesan, perasaan atau dogma. Misalnya, guru-guru SD mungkin mempertanyakan keefektifan metode pengajaran membaca mereka. Mereka mungkin ingin menilai metode yang biasanya mereka pakai atau salah satu dari beberapa metode yang telah terkenal, guna memutuskan pedekatan manakah yang paling efektif untuk dipakai.
Pengamatan terhadap hubungan-hubungan tertentu yang belum terjawab secara memuaskan merupakan sumber lain bagi persoalan-persoalan pendidikan. Seorang guru mungkin melihat meningkatnya tanda kegelisahan di kalangan murid-murid pada saat-saat tertentu. Untuk mengusut hal itu, guru tersebut sanggup menyusun aneka macam klarifikasi sementara mengenai sebab-sebab kegelisahan itu, kemudian mengujinya secara empiris. Penyelidikan ini mungkin tidak hanya memecahkan problem itu saja, melainkan juga mengatakan dukungan bagi pemahaman sebab-sebab kegelisahan di dalam kelas.
Demikian pula, ada keputusan yang harus diambil mengenai praktek-praktek yang telah menjadi rutin di kelas. Ada juga keputusan yang dalam beberapa hal didasarkan terutama pada tradisis atau otoritas yang kurang atau bahkan tidak didukung oleh penelitian ilmiah. Misalnya, apakah ada tes-tes lain yang mungkin lebih valid bagi tujuan yang ingin dicapai daripada tes yang kini ini dipakai?
Pengalaman sehari-hari para pendidik sanggup mengatakan problem yang berharga untuk diselidiki dan bahkan sebagian besar gagasan penelitian yang dikembangkan oleh para pemula di bidang penelitian pendidikan cenderung berasal dari pengalaman-pengalaman pribadi mereka. Mereka mungkin memiliki firasat wacana hubungan-hubungan gres atau wacana cara-cara lain untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dengan demikian melalui semacam proses intuitif, mereka hingga pada gagasan-gagasan yang sanggup diteliti. Studi ibarat itu kebanyakan merupakan jenis penelitian yang mengarah pada pemecahan problem yang dihadapai secara langsung. Meskipun begitu, kadang kala problem semacam itu lebih cocok dan lebih berarti bagi peneliti pemula daripada problem yang diperoleh melalui proses deduksi logis dari suatu teori. Disamping itu, studi semacam ini sering sanggup dibenarkan berdasarkan sumbangannya kepada praktek-praktek pendidikan .
2. Deduksi dari Teori
Deduksi yang sanggup ditarik dari aneka macam teori pendidikan dan teori tingkah laris yang sudah dikenal oleh peneliti merupakan sumber permasalahan yang baik sekali. Teori menyangkut prinsip-prinsip umum, yang kelayakannya untuk diterapkan pada persoalan-persoalan pendidikan masih belum terbukti, sebelum prinsip tersebut ditetapkan secara empiris. Hanya melalui penelitianlah orang sanggup menentukan apakah generalisasi-generalisasi yang terdapat di dalam teori sanggup diterjemahkan menjadi saran-saran khusus bagi praktek kependidikan.
Dari suatu teori, peneliti sanggup menciptakan hipotesis yang menyatakan hasil penelitian yang diharapkan dalam suatu situasi mudah tertentu. Artinya, peneliti menanyakan “Hubungan antar variabel yang bagaimana yang bakal diamati jikalau teori tersebut benar-benar merangkum keadaan itu?” kemudian ia melaksanakan penyelidikan sistematis guna memastikan apakah data empiris mendukung hipotesis itu, yang sekaligus juga mendukung teorinya.
3. Literatur yang Ada Kaitannya
Sumber permasalahan lain yang berharga ialah literatur dalam bidang yang menarik perhatian peneliti. Pada waktu membaca laporan-laporan penelitian yang sudah dilakukan, kita dihadapkan pada contoh-contoh permasalahan penelitian serta cara bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan. Para penulis juga sering menutup studi mereka dengan saran-saran wacana penelitian selanjutnya yang diharapkan guna meneruskan pekerjaan yang telah dilakukan itu. Ada gunanya kita melihat jikalau mekanisme yang digunakan dalam penelitian terdahulu itu sanggup diubahsuaikan guna memecahkan persoalan-persoalan lain atau apakah studi yang serupa juga sanggup dilakukan di lapangan, bidang persoalan, atau dengan kelompok subjek yang berbeda.
Misalnya, seseorang membaca suatu studi yang mengusut keefektifan pendekatan multimedia dalam pengajaran ilmu kimia. Barangkali studi yang serupa sanggup dilakukan dalam bidang biologi atau mata pelajaran lainnya. Contoh lain, contohnya studi wacana siswa-siswa Sekolah Menengah Pertama mungkin sanggup menjadi pedoman bagi guru SD yang tertarik untuk memutuskan apakah kekerabatan antara variabel-variabel tersebut juga ada di tingkat pendidikan dasar.
Salah satu ciri penting penelitian ilmiah ialah bahwa penelitian tersebut harus sanggup ditiru atau diulang (replicable), sehingga hasil-hasilnya sanggup dibuktikan. Replikasi suatu studi, dengan atau tanpa variasi, mungkin sanggup menjadi acara yang berkaidah dan berharga bagi peneliti pemula. Pengulangan suatau studi sanggup meningkatkan luasnya jangkauan generalisasi hasil penelitian sebelumnya serta mengatakan bukti pemanis wacana validitas hasil tersebut. Dalam banyak eksperimen pendidikan, kita sanggup menentukan subyek secara acak, melainkan harus memakai kelompok-kelompok kelas sebagaimana adanya. Sudah barang tentu hal ini bakal membatasi jangkauan generalisasi hasil-hasil penelitian tersebut. Akan tetapi, dengan diulangnya eksperimen-eksperimen pada waktu dan daerah yang berlainan, dengan hasil yang menguatkan hubungan-hubungan yang diharapkan itu pada setiap penyelidikan, maka kepercayaan terhadap validitas ilmiah hasil-hasil tersebut pun bakal meningkat.
Dalam banyak kasus, pengulangan studi-studi selanjutnya itu tidak persis sama. Berbagai variasi dimasukkan untuk memperjelas beberapa aspek hasil-hasil penelitian itu untuk memperjelas beberapa aspek hasil-hasil penelitian itu, untuk menguji seberapa jauh hasil-hasil penelitian itu sanggup digeneralisasikan atau untuk mengusut faktor-faktor yang belum dimasukkan ke dalam penelitian aslinya.
C. Memilih Masalah Penelitian
Permasalahan yang bakal diteliti hendaknya memenuhi kriteria penting, yaitu (Donald Ary,dkk., 1982: 81-83) :
1. Masalah tersebut hendaknya merupakan masalah yang pemecahannya bakal mengatakan dukungan pengetahuan di bidang pendidikan
2. Persoalan itu hendaknya merupakan problem yang bakal membawa kita kepada persoalan-persoalan gres dan dengan demikian juga kepada penelitian-penelitian berikutnya.
3. Persoalan-persoalan tersebut harus merupakan problem yang sanggup diteliti
4. Persoalan itu harus sesuai bagi peneliti. Ketertarikan, bidang, dan waktu harus sesuai dengan keadaan peneliti.
Zainal Arifin (2011 : 13) menjelaskan bahwa dalam pemilihan dan penentuan masalah penelitian, ada beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan secara hati-hati, yaitu:
1. Masalah penelitian harus yang bersifat teka-teki, unik, asli dan belum bisa dijawab dengan tegas.
2. Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya atau kalimat interogatif.
3. Dirumuskan dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang aktual, sehingga pemecahannya memperlihatkan implikasi kebijakan yang relevan pula.
4. Tersedia sumber informasi yang cukup, baik dalam bentuk insan sumber (human resources) maupun yang bukan insan sumber (nonhuman resources),sehingga memungkinkan pengumpulan data.
5. Tempunyai manfaat yang besar, baik secara teoritis maupun praktis.
6. Sesuai dengan kemampuan peneliti itu sendiri (terutama dalam penggunaan metode penelitian) dan bidang keahliannya, dan
7. Memperhatikan biaya, waktu, alat dan tenaga penunjang lainnya.
Sedangkan berdasarkan Nanang Martono (2011:31) hal yang harus diperhatikan dalam menentukan masalah penelitian yaitu:
1. kebaruan dan menghindari duplikasi yang tidak perlu;
2. pentingnya untuk mewakili dan pelaksanaan lapangan;
3. adanya dorongan keingintahuan secara intelektual;
4. kualifikasi pribadi atau kualifikasi peneliti;
5. ketersediaan data dan metode yang sanggup digunakan;
6. peralatan khusus dan kondisi kerja yang mendukung proses penelitian;
7. sampel yang bakal diambil;
8. sponsorship dan forum yang diminta untuk bekerja sama;
9. bahaya yang harus dihadapi;
10. biaya yang dibutuhkan;
11. faktor waktu.
Setelah masalah dipilih dan signifikasi ditetapkan, selanjutnya dalam merumuskan atau mengemukanakan problem tersebut ke dalam bentuk yang sanggup diteliti. Penjabaran problem yang baik harus (Donald Ary,dkk., 1982: 85):
1. Menerangkan dengan terperinci apa yang bakal diterangkan atau dipecahkan
2. Membatasi ruang lingkup studi itu pada suatu problem khusus.
Batasan operasional ialah batasan yang merumuskan suatu konsep berdasarkan operasi atau proses yang bakal digunakan untuk mengukur konsep tersebut. Batasan operasional berfungsi untuk memusatkan ruang lingkup problem yang masih bersifat umum menjadi variabel-variabel khusus yang sanggup diamati atau diukur.
D. Rumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah ialah suatu pertanyaan yang bakal dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.
Rumusan masalah bisa jadi memiliki beberapa bentuk, mulai dari yang paling sederhana hingga pada yang lebih kompleks. Namun apapun bentuknya, setiap kali seseorang hendak merumuskan masalah penelitian, Restu K Widi (2010:141) menyarankan sebaiknya harus selalu memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Jenis penelitian yang hendak dilakukan: eksperimen, survei, dan lain-lain;
2. Jika memakai sampel, seni administrasi sampling ibarat apa yang paling sesuai;
3. Ketersediaan dan akomodasi memperoleh bahan-bahan serta instrument atau peralatan yang hendak digunakan;
4. Jenis analisis dan karakterisasi yang bakal ditetapkan;
Dengan demikian, rumusan masalah bagaikan masukan atau “input” dalam penelitian, sedangkan keluaran atau “output”nya ialah kualitas hasil dan isi laporan penelitian beserta logis dan ilmiahnya pembahasan yang menyertainya.
Ciri-ciri rumusan masalah yang baik berdasarkan Restu K Widi (2010:145) yaitu:
1. Keaslian ide
Ide dan rumusan masalah yang diajukan peneliti haruslah merupakan ilham dan masalah yang asli dari peneliti dan bukan merupakan plagiat atau tiruan. Apabila memang sebagian ilham tiba dari hasil atau artikel peneliti lain, maka tetap harus ada sesuatu yang gres atau nilai tambah dan sisi yang berbeda dari ilham dan rumusan masalah yang diajukan. Lebih baik bila ilham dan rumusan masalah yang diajukan ialah sesutau yang gres dan belum pernah sama sekali diajukan oleh peneliti lain.
2. Didukung konsep yang kuat
Suatu rumusan masalah bisa jadi memang suatu pertanyaan yang memerlukan jawaban, namun bila tidak didukung konsep dan teori yang kuat, hal tersebut sanggup melemahkan rumusan masalah yang telah disusun. Meskipun seorang peneliti hendak melaksanakan penelitian untuk mengajukan suatu teori baru, tetap saja diharapkan suatu konsep atau teori pendukung bagi rumusan masalah yang diajukannya.
3. Merupakan hal penting
Ide dan rumusan masalah yang disusun seseorang haruslah merupakan hal yang penting dan memang layak untuk dikembangkan menjadi suatu penelitian.
4. Level atau tingkat dan kedalaman masalah
Seorang peneliti sebaiknya memiliki pengetahuan wacana proses penelitian untuk sanggup menterjemahkan rumusan masalah menjadi suatu kerja penelitian. Peneliti harus mempertajam suatu topik atau tema menjadi sesuatu yang sanggup dilakukan, spesifik, dan jelas. Selain itu, sangat penting juga untuk menentukan dan menyusun rumusan masalah yang sanggup diselesaikan dalam jangka waktu dan sumber daya sesuai dengan usulan.
5. Dapat dipecahkan
Masalah tesebut harus sanggup diuji dan dipecahkan. Hal yang perlu dipertimbangkan terkait hal tersebut ialah sumber daya yang tersedia baik insan ataupun materi dan peralatan, biaya, serta situasi dan kondisi ketika melaksanakan pengujian.
6. Menarik
Kriteria menarik menjadi pertimbangan yang paling penting dalam menentukan rumusan masalah. Seringkali pelelitian memerlukan waktu yang sangat usang dan kerja keras. Dalam pelaksanaan mungkin juga ditemui masalah yang tidak terduga. Oleh lantaran itu, jikalau masalah yang menarik bakal menjadi motivasi tersendiri terhadap peneliti untuk menuntaskan penelitiannya.
7. Disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian
8. Relevan dan memiliki keterkaitan
Perlu dipertimbangkan bahwa rumusan masalah yang diajukan sesuai bidang ilmu yang ditekuni dan mengatakan sumbangsih nyata terhadap pengetahuan dan keilmuan.
9. Masalah etika
Sebaiknya rumusan masalah tersebut tidak terlalu menyinggung masalah yang sensitif bagi seseorang atau kelompok atau masyarakat tertentu. Kalaupun harus dilakukan, maka harus dikemas sedemikian rupa semoga tidak hingga benar-benar menyinggung perasaan dan sebagainya
10. Berupa pertanyaan
Rumusan masalah yang dibentuk dalam bentuk pertanyaan akanlebih memudahkan seorang peneliti untuk melaksanakan mekanisme pencarian jawaban.
E. Langkah-langkah dalam Merumuskan Masalah
Restu K Widi (2010:148) menyebutkan langkah-langkah dalam merumuskan masalah yaitu:
1. Mengidentifikasi subyek area luas yang menarik
2. Membagi subyek area luas menjadi sub area
3. Memilih sub area yang paling menarik
4. Mengungkapkan beberapa pertanyaan penelitian
Pada tahap ini, seorang peneliti sebaiknya bertanya pada dirinya sendiri wacana apa yang bahu-membahu hendak dicari pemecahan atau tanggapan dari beberapa sub area tersebut.
5. Merumuskan suatu tujuan (obyektif)
Seorang peneliti harus memiliki tujuan atau obyektif yang terperinci dan nyata dari proses penelitian yang hendak dilakukan
6. Menilai obyektif
Seorang peneliti harus menguji obyektif atau tujuannya guna memastikan bahwa obyektif tersebut sanggup dicapai melalui metode dan mekanisme penelitian.
7. Periksa ulang
Setelah semua langkah dilalui, maka sebaiknya peneliti kembali ke tahap awal untuk mengusut ulang dan mempertimbangkan lagi rumusan masalah yang telah disusun. Peneliti juga harus bertanya pada dirinya sendiri apakah sudah cukup puas dan nyaman serta termotivasi untuk melaksanakan penelitian terhadap permasalahan yang telah diungkapkan.
F. Bentuk-bentuk Rumusan Masalah
Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini dikembangkan berdasarkan penelitian berdasarkan tingkat eksplanasi. Bentuk masalah sanggup dikelompokkan menjadi:
1. Rumusan Masalah Deskriptif
Suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang bangun sendiri).
Contoh:
a. Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional
b. Bagaimana perilaku masyarakat terhadap SD negeri
c. Seberapa tinggi minat baca dan usang berguru rata-rata per hari murid-murid sekolah di Bantul?
2. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda.
Contoh:
a. Adakah perbedaan prestasi berguru antara murid dari sekolah negeri dan swasta?
b. Adakah perbedaan motivasi berguru dan hasil berguru anatara murid yang berasal dari keluarga Guru, Pegawai Swasta, dan Pedagang.
c. Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Desa?
3. Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan kekerabatan anatara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan, yaitu:
a. Hubungan simetris
Suatu kekerabatan antara dua variable atau lebih yang kebetulan munculnya bersama.
Contoh:
1) Adakah kekerabatan antara rumah yang akrab rel kereta api dengan jumlah anak?
2) Adakah kekerabatan antara banyaknya uang saku dengan prestasi anak?
3) Adakah kekerabatan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah penduduk yang sekolah?
b. Hubungan kausal
Hubungan yang bersifat alasannya ialah akibat. Kaprikornus di sini ada variabel independen dan dependen.
Contoh:
1) Adakah dampak pendidikan orang renta terhadap prestasi berguru anak?
2) Seberapa besar dampak tata ruang kelas terhadap efisiensi pembelajaran di SMA?
3) Seberapa besar dampak kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah?
c. Hubungan interaktif (timbal balik)
Hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen.
Contoh:
Apakah kekerabatan antara motivasi dan prestasi berguru anak SD di Kecamatan Sedayu?
(Di sini sanggup dinyatakan motivasi menghipnotis prestasi tetapi juga prestasi sanggup menghipnotis motivasi)
G. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian memegang peranan yang sangat penting lantaran merupakan arah dan target yang harus dicapai. Tujuan penelitian harus dirumuskan dengan jelas, tegas, dan terperinci dalam bentuk pernyataan serta menunjuukan adanya sesuatu hal yang harus dicapai sesudah penelitian tersebut selesai dilaksanakan. Sesuatu yang harus dicapai merupakan jawaban, wacana masalah yang bakal diteliti.
Menurut Zainal Arifin (2011: 185) Tujuan umum penelitian pendidikan ialah untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, konsep, prinsip,dan generalisasi wacana pendidikan baik berupa teori maupun praktik.
Menemukan berarti mencari sesuatu yang gres (ekplorative), sedangkan membuatkan berarti memperluas dan menggali lebih jauh wacana apa yang ada (development). Menguji kebenaran dilakukan jikalau masih mewaspadai yang ada (verificative).
Secara khusus, tujuan penelitian pendidikan bergantung kepada permasalahan pendidikan. Misalnya masalah pokok yang bakal diteliti ialah adakah dampak pendidikan orang renta terhadap prestasi berguru anak? Dengan demikian, tujuan penelitiannya ialah untuk memperoleh data empirik wacana dampak pendidikan orang renta terhadap prestasi berguru anak.
Setiap penelitian baik kualitatif maupun kuantitatif, selalu memiliki tujuan-tujuan tertentu. Dalam penelitian kualitatif, Creswell (2008:121) mengistilahkan tujuan penelitian dengan “purpose statement”. Dalam bukunya ia medefinisikannya sebagai “A purpose statement is a statement that advance the overall direction of focus for the study”- Jadi, untuk melaksanakan penelitian, seorang peneliti harus menjelaskan tujuan penelitian dalam satu bentuk kalimat atau lebih terlebih dahulu. Menurut Cresswell (2008:134) purpose statement harus mengidentifikasi variabel, kekerabatan variabel, obyek penelitian, dan daerah penelitian.
Pernyataan peneliti mengenai tujuan penelitiannnya sangatlah urgen, dalam hal ini Creswell (2008:121) menulis:
“The purpose statement establishes the direction for the research, In fact, the purpose statement is the important statement in an entire research study. It orients the reader to the central intent of the study, and from it, all other aspects of the research follow.”
Jadi, melalui pernyataan tujuan penelitian, peneliti bakal menjelaskan “Why he want to do the study and what he intend to accomplish”. Tujuan penelitian merupakan sentra dan kontrol ilham dalam suatu penelitian. Dengan adanya purpose statement bakal mengarahkan ide-ide peneliti dalam mencapai tujuan selesai dari penelitian yang dilakukannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (2012). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ary, D., Jacobs, L.C., Sorensen , C.K. and Razafih, A. (2010). Introduction to Research in Education. Belmont, CA:Wadsworth.
Cresswell, John W. (2008). Educational Research 3th Edition, Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New Jersey: Pearson Education International.
Martono, Nanang. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Widi, Restu Kartiko.(2010). Asas Metodologi Penelitian.Yogyakarta: Graha Ilmu.
0 Response to "Studi Pendahuluan"