Latest News

Pengembangan Instrumen Pengumpulan Data

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

A.      Pengertian Instrumen Pengumpulan data
            Menurut pendapat Colton dan Covert (2007:5) instrumen yaitu suatu alat yang dipakai untuk mengukur fenomena, merekam informasi yang ditujukan untuk evaluasi dan pengambilan keputusan. An instrument is a tool for measuring, observing, or documenting quantitative data. Instrumen yaitu alat untuk mengukur, mengamati, atau mendokumentasikan data (Creswell, 2012:151). Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) instrumen pengumpulan data adalah  alat  bantu  yang dipilih dan dipakai oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan biar acara tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Dari beberapa pendapat di atas sanggup ditarik kesimpulan bahwa instrumen penelitian yaitu alat–alat yang dipakai untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan problem penelitian atau mencapai tujuan penelitian ataupun pengambilan sebuah keputusan.

B.       Langkah Penyusunan Instrumen
            Untuk memahami konsep penyusunan dan pengembangan instrumen, maka di bawah ini bakal disajikan proses atau langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen. Menurut Johnson & Clark dalam Creswell (2012:158) tahap-tahap umum dalam pengembangan atau penyusunan sebuah isntrumen yaitu planning, construction, quantitative evaluation, dan validation. Dalam setiap tahap tersebut masih ada langkah-langkah yang harus dilakukan biar terciptanya sebuah instrumen yang baik. Pada tabel dibawah ini bakal dipaparkan tahap-tahap umum serta hal-hal yang harus dilakukan pada setiap tahapnya.
            Menurut Muljono (2002:3-4) langkah-langkah penyusunan dan pengembangan instrumen yaitu sebagai berikut : 
1.  Berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji perihal suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, kemudian dirumuskan konstruk dari variabel tersebut. Konstruk intinya yaitu bangkit pengertian dari suatu konsep yang dirumuskan oleh peneliti.
2.  Berdasarkan konstruk tersebut dikembangkan dimensi dan indikator  variabel yang sesungguhnya telah tertuang secara eksplisit pada rumusan konstruk variabel pada langkah pertama.
3.    Membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi  yang memuat  dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator.
4.    Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan, contohnya dari rendah ke tinggi, dari negatif ke  positif, dari otoriter ke demokratik, dari dependen ke independen, dan sebagainya.
5.    Menulis butir-butir instrumen yang sanggup berbentuk pernyataan atau pertanyaan.Biasanya butir instrumen yang dibentuk terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok butir positif dan kelompok butir negatif.    Butir positif yaitu pernyataan  mengenai ciri atau keadaan, perilaku atau persepsi yang positif atau mendekat ke kutub positif, sedang butir negatif yaitu pernyataan mengenai ciri atau keadaan, persepsi atau perilaku negatif atau mendekat ke kutub negatif.
6.    Butir-butir yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses validasi, baik validasi teoretik maupun validasi empirik. 
7.  Tahap validasi pertama yang ditempuh yaitu validasi teoretik, yaitu melalui  pemeriksaan pakar atau melalui panel yang intinya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang sempurna dari konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang sempurna dari dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibentuk secara sempurna sanggup mengukur indikator. 
8.   Revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari pakar atau berdasarkan hasil panel.
9.    Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoretik atau secara konseptual, dilakukanlah penggandaan instrumen secara terbatas untuk keperluan ujicoba.
10. Ujicoba instrumen di lapangan  merupakan kepingan dari proses validasi empirik. Melalui ujicoba tersebut,  instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji-coba yang memiliki karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau respon dari sampel ujicoba merupakan data empiris yang bakal dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang dikembangkan.
11. Pengujian validitas dilakukan dengan memakai kriteria baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal, yaitu instrumen itu sendiri sebagai suatu kesatuan yang dijadikan kriteria sedangkan kriteria eksternal, yaitu instrumen atau hasil ukur tertentu di luar instrumen yang dijadikan sebagai kriteria.
12. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid atau tidaknya sebuah butir  atau sebuah perangkat instrumen. Jika kita memakai kriteria internal, yaitu skor total instrumen sebagai kriteria maka keputusan pengujian yaitu mengenai valid atau tidaknya butir instrumen dan proses pengujiannya biasa disebut analisis butir.  Dalam masalah lainnya, yakni kalau kita menggunakan  kriteria eksternal, yaitu instrumen atau ukuran lain di luar instrumen yang dibentuk yang dijadikan kriteria maka keputusan pengujiannya yaitu mengenai valid atau tidaknya perangkat instrumen sebagai suatu kesatuan.
13. Untuk kriteria internal atau validitas internal, berdasarkan hasil analisis butir maka butir-butir yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki untuk diujicoba ulang, sedang butir-butir yang valid dirakit kembali menjadi sebuah perangkat instrumen untuk melihat kembali validitas kontennya berdasarkan kisi-kisi.  Jika secara konten butir-butir yang valid tersebut dianggap valid atau memenuhi syarat, maka perangkat instrumen yang terakhir ini menjadi instrumen final yang bakal dipakai untuk mengukur variabel penelitian kita
Gambar alur dan pengembangan instrumen.
Variabel

Teori

Konstruk








Definisi Konseptual

Definisi Operasional

Penetapan Jenis Instrumen

Menyusun Butir Instrumen













Dari skema tersebut di atas terlihat bahwa untuk keperluan penyusunan dan pengembangan instrumen pertama-tama yang dilakukan yaitu menetap kaji konstruk variabel penelitian yang merupakan sistesis dari teori-teori yang telah dibahas dan dianalisis yang penyajiannya diuraikan dalarn pengkajian teoritik atau tinjauan pustaka. Konstruk tersebut dijelaskan dalam definisi konseptual variabel, yang di dalamnya tercakup demensi dan indikator dari variabel yang hendak diukur, berdasarkan konstruk tersebut ditetapkan indikator-idikator yang bakal diukur dari variabel tersebut. Selanjutnya item-item instrumen dibentuk untuk mengukur indikator- indikator yang telah ditetapkan dengan cara, menyerupai telah dikemukakan pada proses penyusunan dan pengembangan instrumen point d an e. Karena bentuk item-item instrumen yang bakal dibentuk harus sesuai dengan instrumen yang dipilih, maka. sebelum menulis item-item instrumen terlebih dahulu peneliti harus menentukan jenis instrumen apa yang sesuai untuk mengukur indikator dari variabel yang bakal diteliti.
Berkaitan dengan instrumen penelitian, peneliti perlu memahami bagaimana berbagi instrumen penelitian yang diharapkan untuk mengumpulkan data sesuai dengan yang dibutuhkannya. Secara umum ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis butir instrumen. Hal-hal yang perlu diperhatikan di antaranya yaitu sebagai berikut.
1. Butir harus pribadi mengukur indikator, yaitu penanda konsep yang berupa sesuatu kenyataan atau fakta (das solen) menyerupai keadaan, perasaan, pikiran, kualitas, kesediaan, dan sebagainya.
2. Jawaban terhadap butir instrumen sanggup mengindikasikan ukuran indikator apakah keadaan responden berada atau erat ke kutub positif atau ke kutub negatif. Misalnya kalau berada atau erat ke kutub positif menunjukan perilaku positif, motivasi tinggi, produktivitas tinggi, dan seterusnya. Sedang kalau berada atau erat ke kutub negatif berarti menandbakal perilaku negatif, motivasi rendah, produktivitas rendah, dan seterusnya.
3. Butir sanggup berbentuk pertanyaan atau pernyataan dengan memakai bahasa yang sederhana, jelas, tidak mengandung tafsiran ganda, singkat dan komunikatif.
4.  Opsi dari setiap pertanyaan atau pernyataan itu harus relevan menjawab pertanyaan atau pernyataan tersebut.
            Dari uraian perihal mekanisme atau langkah-langkah dalam penyusunan sebuah instrumen yang baik sanggup disimpulkan bahwa mekanisme yang harus ditempuh dalam penyusunan sebuah instrumen yang baik yaitu:
1.      Perencanaan
2.      Penulisan butir soal
3.      Penyuntingan
4.      Ujicoba
5.      Penganalisaan hasil
6.      Revisi





C.       Jenis-Jenis Instrumen Pengumpulan Data
            Pada dasarnya instrumen sanggup dibagi menjadi dua macam, yakni tes dan non tes. Yang termasuk kelompok tes, contohnya tes prestasi belajar, tes inteligensi, tes bakat; sedangkan yang termasuk non tes contohnya self report,wawancara, angket, observasi, dan lain sebagainya .Jenis instrumen sanggup juga dibedakan berdasarkan jenis penelitiannya, apakah itu kualitatif atau kuantitatif, menyerupai yang disampaikan Creswell dalam tabel dibawah ini.
  1. TES
            A test is any structured performance situation that can be analyzed to yield numerical score, from which inferencescan be made about how individual differ in the performance construct measured by the test (Gall, Gall & Borg, 2003:189). Tes yaitu situasi kinerja terstruktur yang sanggup dianalisis untuk menghasilkan skor numerik, untuk mengambil kesimpulan tentang bagaimana individu berbeda dalam unjuk kerjanya. Tes dibedakan  menjadi dua bagian, yaitu (1) tes kemampuan/unjuk kerja (perfomance test) yang meliputi tes intelegensia (intelegence), tes talenta (aptitude), tes pencapaian hasil berguru (achievment) dan tes diagnosa (diagnostic); dan (2) tes kepribadian (personality measures) (Gall, Gall & Borg, 2003:213-215).
Menurut Creswell (2012:152) ada beberapa macam tes yang dipergunakan dalam sebuah penelitian:
a.       Tes Intelegensi, yaitu tes yang dipakai untuk mengadakan estimasi atau asumsi terhadap tingkat intelektual seseorang, dengan cara menunjukkan banyak sekali tes kepada orang yang bakal diukur intelegensinya
b.      Tes Bakat (aptitude test), yaitu tes yang dipakai untuk mengukur atau mengetahui talenta seseorang.
c.       Tes Prestasi Belajar (achievement test), yaitu tes yang dipakai untuk mengukur pencapaian seseorang sesudah mempelajari sesuatu
d.      Tes Kepribadian (personality test), yaitu tes yang dipakai mengetahui atau mengidentifikasi kepribadian seseorang.
e.       Tes Minat (interest test), yaitu tes untuk mengetahui minat seseorang terhadap sesuatu.

            Agar tes yang kita buat bisa berfungsi  secara optimal, maka dalam penyusunannya haruslah mengikuti mekanisme dan melalui proses yang benar. Menurut Benson dan Clark dalam Creswell (2012:158) prosedur yang ditempuh dalam menyusun atau berbagi instrumen dalam rangka penelitian pada dasarnya yaitu sebagai berikut:

  1. SELF REPORT (baca gall hal 189, 190, 213-217)
A self report measure is a paper and pencil instrument whose items yield numerical scores from which inferences can be made about how individuals differ on various aspects of self, such as personality traits, self concept, learning styles, attitudes, values, and interests (Gall, Gall & Borg, 2003:189). Self report yaitu instrumen “kertas dan pensil” yang menghasilkan skor numerik yang sanggup menyimpulkan perihal bagaimana individu berbeda pada banyak sekali aspek diri, menyerupai ciri kepribadian, konsep diri, gaya belajar, sikap, nilai, dan kesukaan. Self report yaitu instrumen yang dipakai untuk mengukur karakteristik psikologis tertentu dari individu. Karena itu, self report sering disinonimkan dengan tes kepribadian.
Perbedaan yang nampak terang antara self report dengan tes (kemampuan) ialah dalam hal sifat tanggapan yang diberikan. Dalam self report, tanggapan yang diberikan merupakan suatu keadaan yang sewajarnya, suasana keseharian yang dirasakan dan dialami, atau sesuatu yang diharapkan. Dengan kata lain, dalam menjawab pernyataan/pertanyaaan di dalam self report, orang tidak perlu berguru terlebih dahulu. Cukuplah kiranya kalau ia sanggup membaca dan/atau memahami hal-hal yang ditanyakan kepadanya.
Adapun mekanisme penyusunan self report  adalah:
a.    Menentukan populasi
b.    Review tes yang terkait.
c.    Penetapan konstruk yang bakal diukur
d.   Mengembangkan  uji coba (prototype)
e.    Evaluasi uji coba.
f.     Revisi instrumen
g.    Mengumpulkan data perihal uji validitas dan reliability

  1. ANGKET
Angket banyak dipakai dalam penelitian pendidikan dan penelitian sosial yang memakai rancangan survei, sebab ada beberapa laba yang diperoleh, yaitu adalah:
a. Dapat disusun secara teliti dalam situasi yang hening sehingga pertanyaan – pertanyaan yang terdapat didalamnya sanggup mengikuti sistematik dari problem yang diteliti.
b. Penggunaan angket memungkinkan peneliti menjaring data dari banyak responden dalam periode waktu yang relative singkat.
Adapun kelemahan dari instrument angket yaitu sebagai berikut:
a. Sulit bagi peneliti untuk menangkap insiden atau suasana khusus pada waktu data dikumpulkan.
b. Kurang memberi keleluasaan untuk mengubah susunan pertanyaan biar lebih cocok dengan alam fikiran atau pengetahuan para penjawab.
c. Penelitian yang hanya memakai angket saja tidak sanggup menghasilkan temuan yang mendalam dan utuh.
Adapun cara penyelesaian/mengantisipasi kelemahan diatas yaitu dengan cara harus mempertimbangkan kesesuaiannya dengan sifat problem yang digarap, tujuan yang hendak dicapai, jenis variable penelitian, dan karakteristik subjek penelitian.
1.      Penyusunan Angket
Menurut Gall, Gall & Borg (2003:224) mekanisme yang ditempuh dalam menyusun angket adalah:
a.       Mendefinisikan objek penelitian
b.      Memilih dan menentukan sampel penelitian
c.       Mendesain format angket
d.      Ujicoba angket
e.       Precontacting sampel
f.       Membuat sampul surat dan mendistribusikan angket
g.      Menindaklanjuti dengan non responden
2. Jenis-jenis Angket
a. Dilihat dari bentuknya
1). Angket terbuka (tak tersetruktur)
Pertanyaan terbuka hampir sama pengertiannya dengan soal tes subjektif, yaitu pertanyaan yang jawabannya bersifat luas dan beragam. Dengan kata lain, responden memiliki keleluasaan yang besar dalam merespon
2). Angket tertutup ( terstruktur)
Dalam pertanyaan tertutup, keleluasaan dalam menjawab tidak dimiliki, bahkan kebebasan yang dimiliki responden sangat terbatas, mengingat tanggapan terhadap pertanyaan itu telah tersedia
b.  Dilihat dari tanggapan yang diberikan
1). Angket langsung, yaitu responden menjawab perihal dirinya
2).Angket tidak langsung, yaitu responden menjawab perihal orang lain
c.  Dilihat dari bentuknya
1). Pilihan ganda
2). Angket isian
3). Check list
4). Skala bertingkat
3. Keuntungan dan kelemahan Angket
a. Keuntungan Angket
.
1) Tidak memerlukan kehadiran seorang peneliti.
2) Dapat dibagikan secara serentak kepada responden.
3) Dapat dijawab oleh responden berdasarkan kecepatan masing-masing, dan berdasarkan waktu senggang responden.
4) Dapat dibentuk anonim, sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu menjawab.
5) Dapat dibentuk terstandar, sehingga bagi semua responden sanggup diberi pertanyaan yang benarbenar sama.
6) Praktis pengisiannya sebab responden tidak perlu menuliskan buah pikirannya.
7) Tidak memerlukan banyak waktu untuk mengisinya.
8) Lebih besar impian untuk dikembalikan.
9) Lebih gampang pengolahannya.
10) Dapat menjangkau responden dalam jumlah besar.

b) Kelemahan Angket
1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak dijawab.
2) Seringkali sukar diberi validitasnya.
3) Walaupun dibentuk anonim, kadang kala responden dengan sengaja menunjukkan tanggapan yang tidak betul atau tidak jujur.
4) Seringkali angket tidak dikembalikan, terutama kalau dikirim lewat pos.
5) Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang kala ada yang terlalu lama, sehingga terlambat.
6) Pilihan tanggapan mungkin tidak meliputi apa yang terkandung dalam hati responden.
7) Jawaban responden sudah diarahkan oleh peneliti, sehingga kurang ada kebebasan secara leluasa dari responden.
8) Jawaban dari responden terkadang seadanya, bisa jadi tidak dalam keadaan yang sesungguhnya, sebab dalam pilihan tanggapan ada yang paling baik, dan pilihan itu cenderung dipilih oleh responden, padahal dalam kenyataannya tidak menyerupai itu.

  1. OBSERVASI
Observation is the process of gathering open-ended, firsthand information by observing people and places at a research site (Creswell, 2012:213). Observasi merupakan proses pengumpulan terbuka, informasi pribadi dengan mengamati orang dan daerah di lokasi penelitian. Pedoman pengamatan (observasi) diharapkan terutama kalau peneliti menerapkan pengamatan terfokus dalam proses pengumpulan data. Dalam pengamatan terfokus, peneliti memusatkan perhatiannya hanya pada beberapa aspek prilaku atau fenomena yang menjadi objek sasarannya.

1. Kelebihan observasi
a.    Merupakan alat yang pribadi untuk menilik bermacam-macam gejala.
b.   Memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala.
c.    Tidak tergantung pada aself-report

2. Kelemahan observasi
a.    Banyak insiden yang tidak dapa dicapai dengan observasi pribadi menyerupai kehidupan pribadi seseorang yang sangat rahasia.
b.   Mengetahui kalau diselidiki.
c.    Timbulnya suatu insiden tidak selalu dapat  diramalkan sehingga observer harus hadir untuk mengobservasi kejadian.
d.   Tugas observasi bisa terganggu pada waktu-waktu ada insiden yang tidak terduga.
e.    Terbatasi oleh lamanya kelangsungan insiden yang bersangkutan.
3. Proses Observasi
Menurut Creswell (2012:215) proses umum observasi terdiri atas beberapa langkah yaitu:
a. Tentukan tempat yang bakal diamati yang sanggup membantu anda dalam memahami fenomena yang bakal diteliti.
b. Melakukan kunjungan awal, dan buat catatan-catatan terhdap citra umum dari apa yg bakal kita teliti
c. Di lokasi, identifikasi siapa atau apa yang harus diamati, kapan mau mengamati, dan tentukan berapa usang waktu yang dibutuhkan untuk observasi.
d. Tentukan tugas anda apakah partisipan observer atau non partisipan
e. Melakukan pengamatan dari waktu ke waktu untuk mendapat pemahaman yang terbaiktentang  tempat dan individu
            f. Desain beberapa cara untuk merekam catatan selama observasi.
g. Pertimbangan informasi apa yang ingin kau catat atau ketahui selama pengamatan
h. Rekam atau catat, catatan-catatn diskriptif atau reflektif
i. Buatlah biar anda dikenal sebagai observer, tetapi ingat jangan hingga mengganggu situasi yang ada
j. Setelah selesai, berterimakasihlah dengan orang-orang yang diamati atas informasi yang sudah di dapat.dan sampaikan keguanaan data tersebut sesudah menuntaskan sebuah penelitian

  1. WAWANCARA
Wawancara yaitu sebuah obrolan yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara dipakai oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, contohnya untuk mencari data tentangvariabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap, dan lain-lain. Dalam pelaksanannya membutuhkan interview guide yang bakal menolong pewawancara dalam interviewing sebenarnya. Dalam wawancara supaya sanggup terekam dengan baik diharapkan alat-alat menyerupai buku catatan, tape recorder,  ataupun kamera
  1. Jenis-jenis Wawancara
a.      One-on-One interviews
proses wawancara di mana peneliti mengajukan pertanyaan hanya untuk satu orang saja dalam waktu itu.

b.      Focus Group Interviews
wawancara dengan sekelompok orang, biasanya 4-6.
c.       Telephone Interviews
d.      Email Interviews
  1. Langkah-langkah penyusunan instrumen wawancara
a.       Identifikasi orang yang bakal diwawancarai
b.      Tentukan jenis wawancara yang bakal digunakan
c.       Lakukan perekaman selama wawancara berlangsung
d.      Buatlah catatan singkat selama proses berlangsung
e.       Cari daerah yang tenang, aman untuk melaksanakan wawancara
f.       Memperoleh persetujuan dari orang yang diwawancara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
g.      Buatlah perencanaan tetapi harus fleksibel bila ada yang tidak sesuai rencana
h.      Gunakan pertanyaan penjelas untuk mendapat informasi tambahan.
i.        Menjadi pribadi yang sopan dan professional
  1. Kelemahan dan laba
a.       Kelebihan wawancara
1)   Merupakan salah satu metode yang terbaik untuk menilai keadaan pribadi.
2)   Tidak dibatasi oleh tingkatan umur dan tingkatan pendidikan subyek yang diteliti.
3)   Dalam research-research sosial ia hampir tidak pernah sanggup ditinggalkan sebagai metode pelengkap.
4)   Cocok sekali dipakai sebagai kriterium terhadap data yang diperolah dengan jalan observasi, kuesioner, dll.
5)   Dapat diselenggarakan sambil mengadakan observasi.
b.      Kelemahan wawancara
1)      Tidak cukup efisien. Boros waktu, tenaga dan biaya.
2)      Tergantung pada kesediaan, kemampuan, dan keadaan yang momental dari terwawancara, sehingga informasi tidak bisa diperoleh seteliti-telitinya.
3)      Jalan dan isi interview sangat gampang dipengaruhi oleh keadaan sekitar yang menunjukkan tekanan-tekanan yang mengganggu.
4)      Bagi orang yang masih ‘asing’, amat sulit memakai interview sebagai metode penyelidikan.

















DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S.,(2006). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:  Rineka Cipta

Colton, D., and Covert, R.W. (2007). Designing and ConstructingInstruments for social research and Evaluation. San Fransisco, CA: John wiley and Sons Inc
Cresswell, Jhon W., (2012). Eduactional Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Ney Jersey: Person Education, Inc

Djali. H., Muljono P. (2007). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Gall, M.D., Gall, J.P. and Borg, W.R. (2003) Educational Research: An Introduction, Seventh Edition. New York: Pearson education Inc















0 Response to "Pengembangan Instrumen Pengumpulan Data"

Total Pageviews