Latest News

Mengkaji Literatur


MENGKAJI LITERATUR
A.    Tinjauan Pustaka
Setelah studi pendahuluan selesai, peneliti tidak sanggup segera melaksanakan penelitian begitu saja. Sebelum memulai penelitian, seorang peneliti harus benar-benar mengetahui perihal hal yang bakal diteliti dengan cara mencari dasar-dasar pola yang erat kaitannya dengan hal yang bakal diteliti. 
1.      Pengertian tinjauan pustaka
Tinjauan pustaka atau disebut dengan studi kepustakaan  ini dilakukan untuk mencari dan mengorganisasi sumber-sumber pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang bakal diteliti. Kegiatan ini wajib dilakukan dalam sebuah penelitian. Tinjauan pustaka merupakan ringkasan tertulis dari artikel jurnal, buku dan dokumen lain yang menggambarkan keadaan masa kemudian dan gosip dikala ini, mengatur literatur menjadi topik, dan mendokumentasikan kebutuhan untuk penelitian yang diusulkan. (Jhon W. Creswell, 2008:89)
Tujuan utama tinjauan pustaka yaitu untuk mencari dasar pijakan atau fondasi untuk memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka berpikir dan memilih dugaan sementara atau sering pula disebut sebagai hipoesis penelitian, sehingga para peneliti sanggup mengerti, melokasikan dan mengorganisasikan, dan kemudian memakai variasi  pustaka dalam bidangnya. (Sukardi, 2003:33) Berdasarkan tujuan tersebut, maka kajian pustaka ini berisi tentang  kajian teoritis yang pembahasannya difokuskan pada gosip sekitar permasalahan penelitian.

2.      Peranan studi pustaka
Studi pustaka memiliki peranan penting dalam suatu penelitian. Dengan melaksanakan studi pustaka, para peneliti memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam perihal permasalahan yang hendak diteliti. Studi pustaka memiliki beberapa peranan (Ary dkk, 1985:56), diantaranya :
a.       Pengetahuan perihal penelitian-penelitian yang berkaitan memungkinkan peneliti tetapkan batas-batas bidang mereka.
b.      Pemahaman teori dalam suatu bidang memungkinkan peneliti menempatkan duduk kasus dalam perspektif.
c.       Melalui penelaahan kepustakaan yang berkaitan, membantu untuk membatasi pertanyaan mereka dan untuk memperjelas dan memilih konsep penelitian.
d.      Sebuah tinjauan kritis terhadap literatur terkait sering menjadikan wawasan alasan untuk hasil yang kontradiktif di suatu daerah.
e.       Melalui mencar ilmu penelitian terkait, peneliti mempelajari metodologi yang telah terbukti berkhasiat dan yang tampak kurang menjanjikan.
f.       Pengkajian yang cermat atas kepuatakaan yang berkaitan sanggup menghindarkan terjadinya pengulangan studi sebelumnya secara tak sengaja.
g.      Pengkajian kepustakaan yang berkaitan menempatkan peneliti pada posisi yang lebih baik untuk menafsirkan arti pentingnya hasil penelitiannya sendiri.
Selain peranan studi pustaka yang disampaikan oleh Ary, Gaal juga menuliskan beberapa peranan studi pustaka (2003:90-91), antara lain :
a.       Membatasi peranan penelitian.
b.      Mencari baris gres penyelidikan.
c.       Menghindari pendekatan sia-sia
d.      Mendapatkan wawasan metodologis.
e.       Mengidentifikasi rekomendasi untuk gosip lebih lanjut
f.       Mencari proteksi untuk dasar teori

3.      Macam-macam sumber literatur
Kegiatan studi pustaka berkaitan erat dengan perpustakaan, sebab dalam kegiatan ini paling banyak dilakukan di perpustakaan untuk memperoleh literarur yang relevan. Sumber literatur sanggup kita peroleh dari :
a.       Jurnal penelitian.
Jurnal penelitian merupakan sumber utama dan memiliki nilai sangat penting dibanding dengan sumbe gosip lainnya. Jurnal penelitian berisi hasil penelitian yang sanggup digunakan sebagai pola ilmu pengetahuan yang baru.
b.      Laporan hasil penelitian.
Laporan hasil penelitian sanggup berupa tesis maupun disertasi. Kutipan dari tesis atau disertasi hanya diperbolehkan untuk temuan/hasil penelitian dan tidak diperkenankan mengutip konsep atau teori yang ada pada tesis atau disertasi.
c.       Surat kabar atau majalah
Informasi dari surat kabar dan majalah merupakan gosip yang sifatnya populer, maka para peneliti dianjurkan untuk lebih dahulu mengevaluasi isi yang hendak diambil. Cara yang paling sederhana dan tetap efektif untuk diterapkan dalam mengevaluasi sumber gosip yaitu dengan menanyakan ibarat berikut :
1)      Apakah (what) isi dari surat kabar atau majalah relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan dalam penelitian?
2)      Siapakah (who) penulis atau nara sumber yang telah menuliskan pokok bahasan memiliki kriteria, sebagai profesional, akademisi, atau sumber utama dalam suatu bidang tertentu?
3)      Bagaimanakah (how) penulis mengutarakan pokok bahasan dalam surat kabar tersebut mengacu? Mereka mengacu dengan objektivitas keilmuan dan subjektivitas yang diutamakan.
4)      Kapan (when) karya tulis tersebut dicetak atau diterbitan?
5)      Mengapa (why) penulis menguraiakan pendapatnya dalam surat kabar/ atau majalah?




d.      Buku yang relevan.
Sumber pustaka ilmiah yang lain yaitu buku yang secara resmi telah dipublikasi atau telah menjadi pegangan dalam mempelajari suatu bidang ilmu. 
e.       Artikel dari internet.
Artikel yang diambil dari internet harus bersumber dari website dari kelompok kajian atau dari penulis yang memiliki reputasi, bukan dari blog seseorang yang belum dikenal kepakaranya. Salah satu sentra gosip yang sanggup kita temukan dalam internet yaitu ERIC (Educational Resource Information Center).
ERIC merupakan sumber-sumber gosip pendidikan. Lembaga ini dibuat pada tahun 1964 oleh U.S. Office of Education (USOE) di Amerika Serikat. ERIC didirikan dengan tujuan untuk mengumpulkan, menyimpan dan berbagi gosip perihal pendidikan.
ERIC menerbitkan hard copy dan versi elektronik dari dua sumber awal : Current Index to Journals in Education (CIJE) dan Resources in Education (RIE). CIJE indeks artikel di ratusan jurnal pendidikan terkait. Sebaliknya, RIE indeks banyak sekali dokumen non-journal : makalah yang disajikan pada konferensi pendidikan, laporan kemajuan studi yang sedang berlangsung penelitian, laporan teknis pada studi yang disponsori oleh aktivitas penelitian federal, dan laporan proyek yang dilakukan oleh sekolah dan forum lokal lainnya. (Meredith D Gall, dkk. 2003:93)
 





4.      Langkah-langkah dalam melaksanakan kajian pustaka
Agar lebih gampang dalam mengorganisasi kajian pustaka, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Ary dkk,1985) :
a.       Mulai dengan bahan hasil penelitian yang secara sekuensi diperhatikan dari yang paling relevan, relevan, dan cukup relevan. cara lain juga sanggup dilakukan dengan melihat tahun penelitian yang diawali dari yang paling mutakhir dan berangsur-angsur mundur ke tahun-tahun yang lebih lama.
b.      Membaca abnormal dari setiap penelitian lebih dahulu untuk memperlihatkan penilaian apakah permasalahan yang dibahas sesuai dengan yang hendak dipecahkan dalam penelitian.
c.       Mencatat bagian-bagian penting dan relevan dengan permasalahan penelitian. Untuk menjaga biar tidak terjebak dalam unsur plagiat, para peneliti hendaknya juga mencatat sumber-sumber gosip dan mencantumkannya dalam daftar pustaka, kalau memang gosip berasal dari pandangan gres atau hasil penelitian orang lain.
d.      Buatlah catatan, kutipan, atau salinan gosip dan susun secara sistematis sehingga peneliti dengan gampang sanggup mencari kembali kalau sewaktu-waktu diperlukan. Dianjurkan para peneliti untuk menulis kutipan dalam kartu kira-kira ukuran 7.5 X 10 cm dengan pengaturan muka pertama untuk sumstansi kutipan, muka sebaliknya untuk catatan sumber kutipan.
e.       Atur kartu-kartu tersebut berdasarkan huruf atau katalog yang telah dibuat sesuai dengan interes peneliti, biar gampang dalam mencari bila sewaktu-waktu diperlukan.
f.       Tulis juga pada kartu sebaliknya, dari mana sumber tersebut diambil secara lengkap dan teliti.
g.      Yakinkan bahwa isi pola tersebut dikutip secara langsung, diringkas atau diuraiakn dengan memakai bahasa sendiri. Hal yang demikian perlu dilakukan biar peneliti terhindar dari plagiator (penjiplak).
Selain langkah-langkah di atas, berdasarkan Gaal (2003:92), terdapat beberapa tahapan dalam melaksanakan tinjauan pustaka antara lain :
a.       Mencari sumber-sumber awal
b.      Menggunakan sumber-sumber sekunder
c.       Membaca sumber primer
d.      Mensintesis literatur

B. Perumusan Hipotesis
1.      Pengertian Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, sehabis peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Ada beberapa tujuan mengapa hipotesis perlu dirumuskan, salah satunya memperlihatkan arah kepada penelitian. Selain itu, hipotesis sanggup memperlihatkan kerangka untuk melaporkan kesimpulan dari penelitian. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif dan diskriptif sering tidak perlu merumuskan hipotesis.
Hipotesis yaitu seperangkat yang ampuh dalam pendidikan ilmiah. Menurut Ari, dkk  (1985:75) hipotesis adalah bentuk pernyataan sementara yang diajukan untuk pemecahan duduk kasus atau menjelaskan suatu gejala. Hipotesis mengemukakan pernyataan perihal cita-cita peneliti mengenai kekerabatan antar variabel dalam suatu penelitian.
Sama halnya dengan Ari, dkk,  McMillan dan Schumacher menyatakan bahwa hipotesis penelitian yaitu pernyataan tentatif perihal kekerabatan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih (McMillan dan Schumacher, 2010:62)
Sedangkan berdasarkan Creswell (2008:122) hipotesis yaitu pernyataan dalam penelitian kuantitatif dimana peneliti menciptakan prediksi atau dugaan perihal hasil kekerabatan antara atribut atau karakteristik. Dari pernyataan Creswell tersebut peneliti harus sanggup mengambarkan prediksi yang dibuat berdasarkan hasil penelitian.
Sementara berdasarkan Goode dan Han dalam Nanang Martono (2011:64) hipotesis merupakan sebuah proposisi yang harus dimasukkan untuk menguji dan memilih validitas; sebuah hipotesis menyatakan apa yang bakal dicari.
Secara mudahnya hipotesis sanggup kita katakan sebagai tanggapan sementara terhadap rumusan duduk kasus penelitian, dimana rumusan duduk kasus penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara sebab tanggapan yang diberikan gres didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Makara hipotesis juga sanggup dinyatakan sebagai tanggapan teoritis terhadap rumusan duduk kasus penelitian belum tanggapan yang empirik dengan data. Selain sebagai tanggapan sementara, hipotesis sanggup dikatakan sebagai ramalan, namun ramalan yang paling mendekati dasar teorinya. Oleh sebab itu ketepatan ramalan tadi sangat tergantung pada landasan teori yang dipergunakan.
Penelitian yang merumuskan hipotesis yaitu penelitian yang memakai pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif tidak dirumuskan hipotesis tetapi justru diharapkan sanggup ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut bakal diuji oleh peneliti dengan memakai pendekatan kuantitatif.

2.      Kegunaan Hipotesis
Hipotesis merupakan alat yang sangat besar kegunaannya dalam penyelidikan ilmiah. Menurut Ari, dkk (1985:76-77) kegunaan hipotesis antara lain:
a.       Hipotesis memperlihatkan klarifikasi sementara perihal gejala-gejala serta memudahkan ekspansi pengetahuan dalam suatu bidang.
b.      Hipotesis memperlihatkan suatu pernyataan kekerabatan yang pribadi sanggup diuji dalam penelitian.
c.       Hipotesis memperlihatkan arah kepada penelitian.
d.      Hipotesis memperlihatkan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.

3.      Saran untuk Memperoleh Hipotesis
Menurut Ari, dkk (1985:77-78) hipotesis sanggup diperoleh dengan dua cara, yaitu:
a.       Hipotesis induktif
Dalam mekanisme induktif, peneliti merumuskan hipotesis sebagai suatu generalisasi dari hubungan-hubungan yang diamati. Maksudnya, peneliti melaksanakan pengamatan terhadap tingkah laku, memperhatikan kecenderungan-kecenderungan atau kemungkinan adanya hubungan-hubungan, dan kemudian merumuskan klarifikasi sementara perihal tingkah laris yang diamatinya.
b.      Hipotesis deduktif
Berbeda dengan hipotesis yang dirumuskan sebagai generalisasi dari kekerabatan yang diamati, ada hipotesis yang ditarik secara deduktif dari teori. Hipotesis ini memiliki kelebihan sanggup mengarah pada sistem pengetahuan yang lebih umum, sebab kerangka untuk menempatkannya secara berarti ke dalam bangunan pengetahuan telah ada dalam teori itu sendiri. Ilmu tidak sanggup berkembang secara efisien kalau setiap studi tetap merupakan upaya yang terpisah-pisah: Ilmu menjadi komulatif dengan membangun di atas kumpulan fakta dan teori yang ada. Hipotesis yang berasal dari suatu teori dikenal sebagai hipotesis deduktif.

4.      Karakteristik Hipotesis yang Baik
Menurut Ari, dkk ( 1985:80-82) karakteristik hiposesis yang baik yaitu :
a.       Sebuah hiposesis harus memiliki kekuatan penjelas;
b.      Sebuah hipotesis harus menyatakan kekerabatan yang diharapkan antar variabel;
c.       Sebuah hipotesis harus dapat diuji;
d.      Sebuah hipotesis harus konsisten dengan pengetahuan yang ada;
e.       Sebuah hipotesis harus sederhana dan seringkas mungkin.

5.      Macam-macam Hipotesis
Hipotesis yang biasanya digunakan dalam penelitian ada dua macam, yaitu :
a.       Hipotesis Penelitian atau Hipotesis Alternatif (Ha)
Hipotesis penelitian merupakan pernyataan perihal cita-cita yang bakal diperoleh dalam suatu penelitian.
Hipotesis penelitian dibagi menjadi dua, yaitu :
1)    Hipotesis terarah
Hipotesis terarah merupkana hipotesis yang telah memilih arah kesimpulan yang diharapkan.
Contoh : kecepatan lari siswa pria lebih tinggi dari pada siswa perempuan.
2)    Hipotesis tak berarah
Hipotesis tak berarah merupkana hipotesis yang tidak memilih arah kesimpulan yang diharapkan.
Contoh : ada perbedaan kecepatan lari siswa pria dan perempuan.
b.      Hopotesis Nol (Ho)
Hopotesis Nol merupakan hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada kekerabatan antar variabel penelitian. Hipotesis nol merupakan sangkalan atau kebalikan dari hipotesis penelitian. Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, sebab biasanya digunakan  dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan penghitungan statistik.
Contoh : tidak ada kekerabatan jenis kelamin terhadap kecepatan lari siswa.





6.      Menguji Hipotesis
        Menurut Ari, dkk (1985:85-86) langkah-langkah menguji hipotesis adalah:
a.       Menarik kesimpulan perihal konsekuensi-konsekuensi yang bakal sanggup diamati apabila hipotesis tersebut benar.
b.      Menentukan Hipotesis nol.
c.       Memilih metode-metode penelitian yang bakal memungkinkan pengamatan, eksperimentasi, atau mekanisme lain yang dibutuhkan untuk memperlihatkan apakah akibat-akibat tersebut terjadi atau tidak.
d.      Mengumpulkan dan menganalisis data empiris.
e.       Menentukan apakah bukti-bukti yang cukup untuk menolak Hipotesis nol.




DAFTAR PUSTAKA

Ary, D., Jacobs,L.C, Razavieh,Asghar (1985) Introduction to Research and Education. New York : CBS College Publishing.

Creswell, Jhon W., (2008) Education Research : Planing, Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research, New Jersey : Pearson Education, Inc

Gall, M.D., Gall,J.P., Borg W.R. (2003) Educational Research : An Introduction. New York : Pearson Education.

Martono, Nanang, (2011) Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Rajawali Pers.

McMillan, H.James dan Schumacher, Sally, (2010) Research in Education:Evidence-Based Inquiry Seventh Edition, New Jersey : Pearson education

Sukardi, (2013) Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.





0 Response to "Mengkaji Literatur"

Total Pageviews