Di dalam proses berguru mengajar, guru harus mempunyai strategi, semoga siswa sanggup berguru secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk mempunyai taktik itu ialah harus menguasai model dan teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut model pembelajaran dan metode pembelajaran.
Dalam kenyataan, cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang dipakai guru untuk memberikan informasi atau massage lisan kepada siswa berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap. Metode yang dipakai untuk memotivasi siswa semoga bisa memakai pengetahuannya untuk memecahkan perkara yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang dipakai untuk tujuan semoga siswa bisa berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan.
Dalam kenyataan, cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang dipakai guru untuk memberikan informasi atau massage lisan kepada siswa berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap. Metode yang dipakai untuk memotivasi siswa semoga bisa memakai pengetahuannya untuk memecahkan perkara yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang dipakai untuk tujuan semoga siswa bisa berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan.
Model dan Metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Solving) digunakan dalam pembelajaran yang membutuhkan tanggapan atau pemecahan masalah. Sebagai metode pembelajaran, metode pembelajaran berbasis masalah sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada siswa. Dengan metode ini, para siswa berguru memecahkan suatu perkara berdasarkan mekanisme kerja ilmiah.
Jika Anda ingin mempelajari lebih mendalam model dan metode pembelajaran yang lain, Silahkan baca (disini)
================================================
================================================
1. Pengertian Metode Pemecahan Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) pada awalnya dipergunakan pada Program Studi Kedokteran di Mc Master University Canada (seki -tar tahun 1960). PBM dipraktikkan pada mahasiswa kedokteran yang sedang praktik, yang dituntut untuk bisa membantu dan menemukan solusi untuk menuntaskan perkara kesehatan yang dihadapi masya -rakat secara langsung. Pola berguru ini menyebabkan mahasiswa tergerak untuk belajar, melaksanakan kajian, diskusi dan curah pendapat untuk sanggup menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Selanjutnya pola berguru ini diikuti oleh banyak sekali aktivitas studi di Amerika, Eropa, Asia dan Australia dengan kajian terhadap perkara sesuai dengan studinya masing-masing.
Model pembelajaran berbasis masalah atau lebih spesifik Metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Solving) menurut Sudirman, dkk. (1991 : 146) yaitu cara penyajian materi pelajaran dengan menyebabkan perkara sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam perjuangan mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.
Metode pembelajaran berbasis masalah atau metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Solving) ini sering dinamakan atau disebut juga dengan eksperimen method, reflective thinking method, atau scientific method (Sudirman, dkk., 1991 : 146).
Pembelajaran berbasis perkara (PBM) bersandar pada teori berguru kognitif-konstruktivistik. Vygotsky menekankan perhatiannya pada hakikat sosial dari pembelajaran. Dalam belajar, siswa akan lebih gampang menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mere -ka berbicara dengan sobat lain mengenai problemnya. Tidak satu pun sanggup memecahkan perkara sendiri. Kerja kelompok membantu siswa pada suatu pemecahan, pengalaman mendengarkan wangsit orang lain, mencoba dan selanjutnya mendapatkan balikan untuk pemecahan.
Berdasarkan pada beberapa pendapat wacana Pembelajaran Berbasis perkara disimpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu kegiatan pembelajaran yang memfokuskan pada identifikasi serta pe mecahan asalah nyata, praktis, kontekstual, berbentuk perkara yang strukturnya tidak terang atau belum terang solusinya (ill-structured) atau open ended yang ada dalam kehidupan siswa sebagai titik sentral kajian untuk dipecahkan melalui mekanisme ilmiah dalam pembelajaran, yang kegiatannya biasanya dilaksanakan secara berkelompok.
Masalah yang dimaksudkan di sini yaitu masalah-masalah yang ada dan dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-harinya, sesuai dengan substansi kompetensi dasar mata pelajaran masing-masing, misalnya masalah kenakalan remaja, pelanggaran disiplin, kepatuhan terhadap tata tertib, penyalahgunaan narkoba, pelanggaran norma, kemiskinan, sikap sehat, komunikasi dengan sesama, mengekpresikan seni dan hobi, dan sebagainya.
Pembelajaran Berbasis Masalah menuntut siswa memakai pengetahuan yang dimilikinya untuk diimplementasikan, dipergunakan dalam menuntaskan banyak sekali perkara dalam kehidupan sehari-harinya, mencari pengetahuan untuk menuntaskan perkara serta me -ngembangkan sikap dan keterampilan intelektual untuk bekerjasama, berbagi, peduli, rasa ingin tahu, dan saling menghargai sesamanya.
Berdasarkan modul pembinaan Kurikulum 2013. Pembelajaran berbasis masalah dikelompok dalam 4 jenis Model Pembelajaran yang wajib dikuasai guru. Pengertian model Pembelajaran Berbasis Masalah disini diartikan sebagai pembelajaran yang memakai perkara kasatmata dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka (open-ended) untuk diselesaikan oleh penerima didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menuntaskan masalah, keterampilan sosial, keterampilan untuk berguru mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru. Pembelajaran ini berbeda dengan pembelajaran konvensional yang jarang memakai perkara kasatmata atau memakai perkara kasatmata hanya di tahap final pembelajaran sebagai penerapan dari pengetahuan yang telah dipelajari. Pemilihan perkara kasatmata tersebut dilakukan atas pertimbangan kesesuaiannya dengan pencapaian kompetensi dasar.
Dengan demikian, Model atau Metode pembelajaran berbasis perkara atau metode pemecahan perkara (Problem Solving) adalah sebuah metode pembelajaran yang berupaya membahas permasalahan untuk mencari pemecahan atau jawabannya. Sebagaimana metode mengajar, metode pemecahan perkara sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada para siswa. Dengan metode ini, siswa berguru memecahkan suatu perkara berdasarkan mekanisme kerja metode ilmiah.
Gambaran langkah-langkah metode Pembelajaran Berbasis Masalah atau Metode Problem Solving |
2. Langkah-langkah Metode pembelajaran berbasis masalah
Dalam garis besarnya langkah-langkah metode pembelajaran masalah (problem solving) dapat disarikan sebagai berikut:
a. Adanya perkara yang dipandang penting;
b. Merumuskan masalah;
c. Analisa hipotesa;
d. Mengumpulkan data;
e. Analisa data;
f. Mengambil kesimpulan
g. Aplikasi (penerapan) dari kesimpulan yang diperoleh; dan
h. Menilai kembali seluruh proses pemecahan perkara (Depdikbud, 1997: 23).
Adapun langkah-langkah pembelajaran berbasis perkara yang ditemukan dalam buku Panduan Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama versi 2017 yaitu sebagai berikut:
1. Klarifikasi Masalah
2. Brainstorming
3. Pengumpulan Informasi dan data
4. Berbagi Informasi dan berdiskusi untuk menemukan penyelesaian masalah
5. Presentasi hasi penyelesaian masalah
6. Refleksi.
Sedangkan langkah-langkah PBM mennurut pendapat Arends (2012) dan Fogarty (1997). adalah sebagai berikut :
1. Klarifikasi Masalah
2. Brainstorming
3. Pengumpulan Informasi dan data
4. Berbagi Informasi dan berdiskusi untuk menemukan penyelesaian masalah
5. Presentasi hasi penyelesaian masalah
6. Refleksi.
Sedangkan langkah-langkah PBM mennurut pendapat Arends (2012) dan Fogarty (1997). adalah sebagai berikut :
Tahap | Deskripsi |
Tahap 1 | Guru menyajikan perkara kasatmata kepada penerima didik. |
Tahap 2 | Guru memfasilitasi penerima didik untuk memahami perkara kasatmata yang telah disajikan, yaitu mengidentifikasi apa yang mereka ketahui, apa yang perlu mereka ketahui, dan apa yang perlu dilakukan untuk menuntaskan masalah. Peserta didik mengembangkan peran/tugas untuk menuntaskan perkara tersebut. |
Tahap 3 | Guru membimbing penerima didik melaksanakan pengumpulan data/informasi (pengetahuan, konsep, teori) melalui banyak sekali macam cara untuk menemukan banyak sekali alternatif penyelesaian masalah. |
Tahap 4 | Guru membimbing penerima didik untuk menentukan penyelesaian perkara yang paling sempurna dari banyak sekali alternatif pemecahan perkara yang penerima didik temukan. Peserta didik menyusun laporan hasil penyelesaian masalah, contohnya dalam bentuk gagasan, model, bagan, atau Power Point slides. |
Tahap 5 | Guru memfasilitasi penerima didik untuk melaksanakan refleksi atau penilaian terhadap proses penyelesaian perkara yang dilakukan. |
Secara Sederhana langkah penerapan Model Pembelajaran Berbasis masalah dalam kegiatan berguru mengajar yaitu sebagai berikut: 1) Siswa dibantu guru mempersiapkan dan merumusakan perkara yang akan diteliti, 2) Siswa mencoba menentukan alternatif pemecahan perkara tersebut; 3) Siswa mengumpulkan informasi sesuai alternatif permasalahan yang telah ditetntukan; 4) siswa menciptakan simpulan; 5) siswa mempersentasikan simpulan tersebut. Dengan cara tersebut diharapkan bawah umur didik untuk berpikir dan bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah. Metode ini lebih sempurna dipakai di kelas tinggi.
Sebenarnya secara lengkap penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran PPKn sanggup mengikuti alur model pembelajaran portofolio yang pernah diusung oleh Bpk. Dasim Budimansyah.
Sebenarnya secara lengkap penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran PPKn sanggup mengikuti alur model pembelajaran portofolio yang pernah diusung oleh Bpk. Dasim Budimansyah.
Contoh Kegiatan Identifikasi dan Perumusan Masalah dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah |
Contoh Kegiatan Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah |
Contoh Kegiatan Mengumpulkan Data dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah |
Contoh Kegiatan Mengumpulkan Data dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah |
Contoh Kegiatan Membuat Rumusan Hasil Pengumpulan Data dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah |
Contoh Kegiatan Presentasi Hasil dalam Penerepan Model Pembelajaran Berbasis Masalah |
Sedangkan berdasarkan Nahrowi Adjie dan Maulana (2006 : 46-51) langkah-langkah penyelesaian perkara antara lain adalah; (1) memahami soal, (2) menentukan pendekatan atau strategi, (3) menuntaskan model, dan (4) menafsirkan solusi.
Pada prinsipnya ketiga langkah penyelesaian perkara di atas yaitu sama, hanya saja pendapat yang ketiga lebih cenderug mengarah pada pembelaran matematika. Bagi Anda guru matematika saya sarankan Anda menggunakan langkah-langkah penyelesaian perkara matematika ibarat dikemukakan oleh Nahrowi Adjie dan Maulana, alasannya yaitu lebih sederhana dan gampang dipahami.
3. Kelebihan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah / Problem Solving
Kelebihan Menggunakan Metode pembelajaran Berbasis Masalah atau Metode Problem Solving
1. Dengan Metode / Model Pembelajaran berbasis masalah atau Metode Problem Solving akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang berguru memecahkan suatu perkara maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar sanggup semakin bermakna dan sanggup diperluas saat penerima didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.
2. Dalam situasi Metode / Model Pembelajaran Masalah atau Metode Problem Solving, penerima didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
3. Metode / Model Pembelajaran Masalah atau Metode Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif penerima didik didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan sanggup mengembangkan korelasi interpersonal dalam bekerja kelompok.
Contoh Penerapan metode / Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Metode Problem Solving |
Metode / Model Pembelajaran Berbasis Masalah ini memiliki kecocokan terhadap konsep penemuan pendidikan bidang keteknikan, terutama dalam hal sebagai berikut :
1. peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences) yang berkhasiat untuk memecahkan perkara bidang keteknikan yang dijumpainya;
2. peserta didik berguru secara aktif dan sanggup berdiri diatas kaki sendiri dengan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student-centered;
3. peserta didik bisa berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.
Berikut yaitu beberapa pola perkara kasatmata yang sanggup dipakai dalam Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (sumber materi pembinaan kurikulum 2013)
- Di beberapa kawasan perbuatan mencoral-coret dinding tembok dengan memakai kata-kata yang tidak sopan sering dijumpai. Hal tersebut merusak pemandangan kampung dan menyebabkan wilayah tersebut terkesan kumuh. Bagaimanakah menuntaskan perkara tersebut?
- Perilaku membuang sampah di susukan air atau di sungai seakan-akan menjadi sikap yang biasa saja. Padahal di Indonesia mempunyai undang-undang wacana lingkungan hidup. Bagaimana penyelesaian perkara sikap membuang sampah sembarangan tersebut ditinjau dari undang-undang lingkungan hidup atau peraturan perundang-undangan yang lain?
- Wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal dari NKRI berbatasan dengan negara-negara tetangga. Pembangunan di wilayah tersbut belum memadai dan warga yang tinggal di wilayah tersebut merasa tidak diperhatikan oleh Pemerintah RI. Bagaimana sebaiknya wilayah tersebut dikembangankan dan dibangun?
Jika Anda ingin mempelajari lebih mendalam model dan metode pembelajaran yang lain, Silahkan baca (disini)
Bahan Bacaan:
Depdikbud. (1997). Pokok-pokok Pengajaran Biologi dan Kurikulum 1994. Jakarta: Depdikbud.
Meier, Dave (2005). The Accelerated Learning Hand Book. (Terjemahan) Bandung: Kaifa.
Roestiyah N.K. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rukmana, Ade dan Suryana, Asep. ( 2006). Pengelolaan Kelas. Bandung: UPI Press.
Saud, Udin Saefudin dan Suherman, Ayi. (2006). Inovasi Pendidikan. Bandung: UPI Press.
Sadirman, N . dkk. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta
Sadirman, N . dkk. 1991 Ilmu Pendidikan. Bandung, Remaja Rosdakarya.
Uzer, Moh. Usman dan Setiawati, Lilis. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMP). Bandung: Rosdakarya.
Popham, W. James dan Baker, Eva L. (2001). Establising Instructional Gools and Systematic Intruction .Teknik Mengaajar Secara Sistematis. (Terjemahan). Jakarta: Rineka Cipta.
0 Response to "Pembelajaran Berbasis Problem (Problem Solving)"